Cerita Seks - Ketika malam aku dinner dengan customerku di cafe. Sebuah band tampil menghibur pengunjung cafe dengan musik jazz. Lagu “I’m Old Fashioned” dimainkan dengan lumayan baik. Aku menyimak sang penyanyi. Seorang gadis berusia kira-kira 25 tahun. Dengan suaranya memang paling jazzy.
Gadis ini wajahnya tidak terlampau cantik. Tingginya tidak cukup lebih 160
cm/55 kg. Tubuhnya padat berisi. Ukuran payudaranya selama 36B. Kelebihannya
ialah lesung pipinya. Senyumnya manis dan matanya bersinar indah. Cukup seksi.
Apalagi suaranya. Membuat telingaku fresh.
“Para
pengunjung sekalian.. Malam ini saya, Ayu bareng band bakal menemani kamu
semua. Jika terdapat yang ingin berdendang bersama saya, mari.. saya
persilakan. Atau bila hendak request lagu.. silakan”.
Penyanyi yang ternyata mempunyai nama Ayu tersebut mulai menyapa
pengunjung Cafe. Aku melulu tertarik mendengar suaranya. Percakapan dengan
client menyita perhatianku. Sampai lantas telingaku menciduk perubahan teknik
bermain dari sang keyboardist. Aku menyaksikan ke arah band itu dan menyaksikan
Ayu ternyata bermain keyboard juga.
Ayu bermain solo keyboard sambil mendendangkan lagu “All of Me”.
Lagu Jazz yang paling sederhana. Aku merasakan semua jenis musik dan berjuang
mengerti seluruh jenis musik. Termasuk jazz yang memang ‘brain music’. Musik
cerdas yang menciptakan otakku beranggapan setiap mendengarnya.
Ayu ternyata bermain paling aman. Aku terkesima mengejar seorang
biduan cafe yang dapat bermain keyboard dengan baik. Tiba-tiba aku menjadi paling
tertarik dengan Ayu. Aku menyebutkan request laguku dan memberikannya melewati
pelayan cafe tersebut.
“The Boy From Ipanema, please.. And your cellular number. 081xx.
From Boy.”, tulisku di kertas request sekaligus menyebutkan nomor HP-ku. Aku
melanjutkan pembicaraan dengan clientku dan tak lama lantas aku mendengar suara
Ayu.
“The Boy From Ipanema.. Bagi Mr. Boy..?”
Bahasa tubuh Ayu mengindikasikan bahwa dia hendak tahu dimana aku
duduk. Aku melambaikan tanganku dan tersenyum ke arahnya. Posisi dudukku tepat
di depan band tersebut. Jadi, dengan jelas Ayu dapat melihatku. Kulihat Ayu
menjawab senyumku. Dia mulai memainkan keyboardnya. Klik Judi Online.
Sambil bermain dan bernyanyi, matanya menatapku. Aku juga
menatapnya. Bagi menggodanya, aku mengedipkan mataku. Aku kembali berkata
dengan clientku. Tak lama kudengar suara Ayu menghilang dan berganti dengan
suara biduan pria. Kulihat sekilas Ayu tidak nampak. Tit.. Tit.. Tit.. SMS di
HP-ku berbunyi.
“Ayu.” terlihat pesan SMS di HP-ku. Wah.. Ayu meresponsku. Segera
kutelepon dia.“Hai.. Aku Boy. Kau dimana, Ayu?”“Hi Boy. Aku di belakang. Ke kamar mandi. Kenapa hendak tahu
HP-ku?”
“Aku tertarik denganmu. Suaramu sexy.. Sesexy penampilanmu” kataku
terus terang. Kudengar tawa enteng dari Felicia.
“Rayuan ala Boy, nih?”“Lho.. Bukan bujukan kok. Tetapi pujian yang layak buatmu yang
memang sexy.. Oh ya, kembali dari cafe jam berapa? Aku antar kembali ya?”“Jam 24.00. Boleh. Tapi kulihat kau dengan temanmu?”“Oh.. dia customerku. Sebentar lagi dia kembali kok. Aku melulu
mengantarnya hingga parkir mobil. Bagaimana?”“Okay.. Aku tunggu ya.”“Okay.. See you soon, sexy..”
Aku melanjutkan sebentar pembicaraan dengan customer dan lantas
mengantarkannya ke lokasi parkir mobil. Setelah clientku kembali aku pulang ke
cafe. Waktu masih mengindikasikan pukul 23.30.
Masih 30 menit lagi. Aku pulang duduk dan memesan hot tea. 30
menit aku habiskan dengan memandang Ayu yang menyanyi. Mataku terus menatap
matanya seraya sesekali aku tersenyum. Kulihat Ayu dengan percaya diri menjawab
tatapanku. Gadis ini menarik sampai membuatku hendak mencumbunya.
Dalam perjalanan mengirimkan Ayu pulang, aku sengaja mengobarkan
AC mobil lumayan besar sampai-sampai suhu dalam mobil dingin sekali. Ayu
terlihat menggigil.
“Boy, AC-nya dikecilin yah?” tangan Ayu seraya meraih tombol AC
untuk mendongkrak suhu. Tanganku segera menyangga tangannya. Kesempatan guna
memegang tangannya.
“Jangan.. Udah dekat rumahmu kan? Aku tidak tahan panas. Suhu
segini aku baru bisa. Kalau anda naikkan, aku tidak tahan..” alasanku.
Aku memang hendak membuat Ayu kedinginan. Kulihat Ayu dapat
mengerti. Tangan kiriku masih memegang tangannya. Kuusap perlahan. Ayu diam
saja.
“Kugosok ya.. Biar hangat..” kataku datar. Aku memberinya stimuli
ringan. Ayu tersenyum. Dia tidak menolak.
“Ya.. Boleh. Habis dingin banget. Oh ya, anda suka jazz pun ya?”
“Hampir seluruh musik aku suka. Oh ya, baru kali ini aku menyaksikan penyanyi jazz perempuan yang dapat bermain keyboard. Mainmu asyik lagi.”“Haha.. Ini malam kesatu aku main keyboard seraya menyanyi.”“Oh ya? Tapi tidak tampak canggung. Oh ya, kudengar tadi mainmu tidak sedikit memakai scale altered dominant ya?” aku lantas memainkan tangan kiriku di tangannya seakan-akan aku bermain piano.“What a Boy! Kamu tahu jazz scale juga? Kamu dapat main piano yah?” Ayu terlihat terkejut. Mukanya tampak penasaran.“Yah, dulu main klasik. Lalu tertarik jazz. Belum mahir kok.
” Aku berhenti di depan lokasi tinggal Ayu.“Tinggal dengan siapa?
” tanyaku saat kami masuk ke rumahnya. Ya, aku menerima ajakannya guna masuk sebentar walaupun ini sudah nyaris jam 1 pagi.“Aku kontrak lokasi tinggal ini dengan sejumlah temanku sesama biduan cafe. Lainnya belum kembali semua. Mungkin sekalian kencan dengan pacarnya.”
“Hampir seluruh musik aku suka. Oh ya, baru kali ini aku menyaksikan penyanyi jazz perempuan yang dapat bermain keyboard. Mainmu asyik lagi.”“Haha.. Ini malam kesatu aku main keyboard seraya menyanyi.”“Oh ya? Tapi tidak tampak canggung. Oh ya, kudengar tadi mainmu tidak sedikit memakai scale altered dominant ya?” aku lantas memainkan tangan kiriku di tangannya seakan-akan aku bermain piano.“What a Boy! Kamu tahu jazz scale juga? Kamu dapat main piano yah?” Ayu terlihat terkejut. Mukanya tampak penasaran.“Yah, dulu main klasik. Lalu tertarik jazz. Belum mahir kok.
” Aku berhenti di depan lokasi tinggal Ayu.“Tinggal dengan siapa?
” tanyaku saat kami masuk ke rumahnya. Ya, aku menerima ajakannya guna masuk sebentar walaupun ini sudah nyaris jam 1 pagi.“Aku kontrak lokasi tinggal ini dengan sejumlah temanku sesama biduan cafe. Lainnya belum kembali semua. Mungkin sekalian kencan dengan pacarnya.”
Ayu masuk kamarnya guna mengubah baju. Aku tidak mendengar suara
pintu kamar dikunci.
Wah, kebetulan. Atau Ayu memang memancingku? Aku segera berdiri
dan nekat membuka pintu kamarnya. Benar! Ayu berdiri melulu dengan bra dan
celana dalam. Di tangannya ada suatu kaos.
Kukira Ayu bakal berteriak terkejut atau marah. Ternyata tidak.
Dengan santai dia tersenyum.
“Maaf.. Aku inginkan tanya kamar mandi dimana?” tanyaku menggali alasan.
Justru aku yang gugup menyaksikan pemandangan estetis di depanku.“Di kamarku terdapat kamar mandinya kok. Masuk aja.”
Wah.. Lampu hijau nih. Di kamarnya aku menyaksikan ada suatu
keyboard. Aku tidak jadi ke kamar mandi justeru memainkan keyboardnya. Aku
memainkan lagu “Body and Soul” seraya menyanyi lembut. Suaraku biasa saja pun
permainanku. Tapi aku yakin Ayu bakal tertarik. Beberapa kali aku membuat
kekeliruan yang kusengaja. Aku hendak melihat reaksi Ayu.
“Salah tuh mainnya.” Komentar Ayu. Dia ikut bernyanyi.“Ajarin dong..” kataku.
Dengan segera Ayu mengajariku memainkan keyboardnya. Aku duduk
sementara Ayu berdiri membelakangiku. Dengan posisi laksana memelukku dari
belakang, dia mengindikasikan sekilas notasi yang benar. Aku dapat merasakan
nafasnya di leherku. Wah.. Sudah jam 1 pagi. Aku menimbang-nimbang apa yang
mesti aku lakukan. Aku memalingkan mukaku. Kini mukaku dan Ayu saling
bertatapan. Dekat sekali. Tanganku bergerak mendekap pinggangnya. Kalau
ditolak, berarti dia tidak bermaksud apa-apa denganku. Jika dia diam saja, aku
boleh melanjutkannya. Kemudian tangannya menepis halus tanganku. Kemudian dia
berdiri. Aku ditolak.
“Katanya inginkan ke kamar mandi?” tanyannya seraya tersenyum. Oh
ya.. Aku melupakan alasanku membuka pintu kamarnya.“Oh ya..” aku berdiri.
Ada rasa sesak di dadaku menerima penolakannya. Tapi aku tak
menyerah. Segera kuraih tubuhnya dan kupeluk. Kemudian kuangkat ke kamar mandi!
“Eh.. Eh, apa-apaan ini?” Ayu terkejut. Aku tertawa saja.
Kubawa dia ke kamar mandi dan kusiram dengan air! Biarlah. Kalau
inginkan marah ya aku terima saja.
Yang jelas aku terus berjuang mendapatkannya. Ternyata Ayu justeru
tertawa. Dia menjawab menyiramku dan kami sama-sama basah kuyup. Segera aku
menyandarkannya ke dinding kamar mandi dan menciumnya!
Ayu menjawab ciumanku. Bibir kami saling memagut. Sungguh nikmat
bercumbu di suhu dingin dan basah kuyup. Bibir kami saling bersaing memberikan
kehangatan. Tanganku merain kaosnya dan membukanya. Kemudian bra dan celana
pendeknya. Sementara Ayu pun membuka kaos dan celanaku. Kami sama-sama tinggal
melulu memakai celana dalam. Sambil terus mencumbunya, tangan kananku meraba,
meremas lembut dan memicu payudaranya. Sementara tangan kiriku meremas
bongkahan pantatnya dan sesekali menyelinap ke belahan pantatnya. Dari
pantatnya aku dapat meraih vaginanya. Menggosok-gosoknya dengan jariku.
“Agh..” kudengar rintihan Ayu. Nafasnya mulai memburu. Suaranya
sexy sekali. Berat dan basah. Perlahan aku menikmati penisku ereksi.“Egh..” aku menyangga nafas saat kurasakan tangan Ayu menggenggam
batang penisku dan meremasnya.
Tak lama dia mengocok penisku sampai membuatku kian terangsang.
Tubuh Ayu kuangkat dan kududukkan di bak air. Cukup susah bercinta di kamar
mandi. Licin dan tidak dapat berbaring. Sewaktu Ayu duduk, aku hanya dapat
merangsang payudara dan mencumbunya. Sementara pantat dan vaginanya tidak dapat
kuraih. Ayu tidak inginkan duduk. Dia berdiri lagi dan menciumi puting dadaku!
Ternyata enak pun rasanya. Baru kali ini putingku dihirup dan
dijilat. Ayu lumayan aktif. Tangannya tak pernah melepas penisku. Terus dikocok
dan diremasnya. Sambil melakukannya, badannya bergoyang-goyang seolah-olah dia
sedang menari dan merasakan musik. Merasa terganggu dengan celana dalam, aku
melepasnya dan pun melepas celana dalam Ayu. Kami bercumbu kembali.
Lidahku mengurangi lidahnya. Kami saling menjilat dan menghisap.
Rintihan kecil dan desahan nafas kami saling bergantian membuat
buaian musik birahi di kamar mandi. Suhu yang dingin menciptakan kami saling
merapat menggali kehangatan. Ada sensasi yang bertolak belakang bercinta saat
dalam suasana basah. Waktu bercumbu, terdapat rasa ‘air’ yang menciptakan
ciuman bertolak belakang rasanya dari biasanya.
Aku mengobarkan shower dan lantas di bawah air yang mengucur dari
shower, kami semakin hangat merapat dan saling merangsang. Aliran air yang
mengairi rambut, wajah dan semua tubuh, menciptakan tubuh kami kian panas.
Makin bergairah. Kedua tanganku meraih pantatnya dan kuremas agak keras,
sedangkan bibirku melumat makin buas bibir Ayu. Sesekali Ayu menggigit bibirku.
Perlahan tanganku merayap naik seraya memijat enteng pinggang,
punggung dan bahu Ayu. Dari bahasa tubuhnya, Ayu sangat merasakan pijatanku.
“Ogh.. Its nice, Boy.. Och..” Ayu mengerang.
Lidahku mulai menjilati telinganya. Ayu menggelinjang geli.
Tangannya ikut meremas pantatku.
Aku menikmati payudara Ayu kian tegang. Payudara dan putingnya
tampak begitu seksi.
Menantang dengan puting yang menonjol coklat kemerahan.
“Payudaramu seksi sekali, Ayu.. Ingin kumakan rasanya..” candaku
seraya tertawa ringan. Ayu memainkan bola matanya dengan genit.
“Makan aja kalo suka..” bisiknya di telingaku.“Enak lho..” sambungnya seraya menjilat telingaku. Ugh.. Darahku
berdesir. Perlahan ujung lidahku mendekati putingnya. Aku menjilatnya serupa di
ujung putingnya.“Ergh..” desah Ayu. Caraku menjilatnya lah yang membuatnya
mengerang.
Mulai dari ujung lidah hingga akhirnya dengan semua lidahku, aku
menjilatnya. Kemudian aku menghisapnya dengan lembut, agak powerful dan
kesudahannya kuat. Tak lama lantas Ayu lantas membuka kakinya dan menuntun
penisku menginjak vaginanya.
“Ough.. Enak.. Ayo, Boy” Ayu memintaku mulai beraksi.
Penisku perlahan menjebol vaginanya. Aku mulai mengocoknya.
Maju-mundur, berputar, Sambil bibir kami saling melumat. Aku berjuang keras
membuatnya menikmati kenikmatan. Ayu dengan terampil mengekor tempo kocokanku.
Kamu berkolaborasi dengan harmonis saling memberi dan menemukan kenikmatan.
Vaginanya masih rapat sekali. Mirip dengan Ria. Apakah begini rasanya perawan?
Entahlah. Aku belum pernah bercinta dengan perawan, kecuali dengan Ria yang
selaput daranya tembus oleh jari pacarnya.
“Agh.. Agh..” Ayu merintih keras. Lama kelamaan suaranya kian
keras.“Come on, Boy.. Fuck me..” ceracaunya.
Rupanya Ayu ialah tipe perempuan yang bersuara keras saat
bercinta. Bagiku menyenangkan pun mendengar suaranya. Membuatku terpacu lebih
hebat
menghunjamkan penisku. Lama-lama tempoku kian cepat. Beberapa saat lantas aku berhenti. Mengatur nafas dan mengolah posisi kami.
menghunjamkan penisku. Lama-lama tempoku kian cepat. Beberapa saat lantas aku berhenti. Mengatur nafas dan mengolah posisi kami.
Ayu menungging dan aku ‘menyerangnya’ dari belakang. Doggy style.
Kulihat payudara Ayu tidak banyak terayun-ayun. Seksi sekali. Dengan usil
jariku meraba anusnya, lantas memasukkan jariku.
“Hey.. Perih tau!” teriak Ayu. Aku tertawa.“Sorry.. Kupikir enak rasanya..” Aku menghentikan memasukkan jari
ke anusnya namun tetap bermain-main di dekat anusnya sampai membuatnya geli.
Cukup lama kami berpacu dalam birahi. Aku menikmati saat-saat
orgasmeku nyaris tiba. Aku berjuang keras menata ritme dan nafasku.
“Aku inginkan nyampe, Ayu..”“Keluarin di dalam aja. Udah lama aku tidak menikmati semburan
cairan pria” Aku agak terhenti. Gila, keluarin di dalam. Kalau hamil gimana,
pikirku.“Aman, Boy. Aku terdapat obat anti hamil kok..” Ayu meyakinkanku.
Aku yang tidak yakin. Tapi masa bebal ah. Dia yang menjamin, kan? Kukocok lagi
dengan gencar. Ayu berteriak kian keras.“Yes.. Aku juga nyaris sampe, Boy.. come on.. come on.. oh yeah..”
Saat-saat tersebut makin dekat.. Aku mengejarnya. Kenikmatan tiada
tara. Membuat saraf-saraf penisku kegirangan. Srr.. Srr..
“Aku orgasme. Sesaat lantas kurasakan tubuh Ayu kian bergetar
hebat. Aku berjuang keras menyangga ereksiku. Tubuhku terkejang-kejang
merasakan puncak kenikmatan.“Aarrgghh.. Yeeaahh..” Ayu menyusulku orgasme.
Dia menjerit powerful sekali lantas membalikkan badannya dan
memelukku. Kami lantas bercumbu lagi. Saatnya after orgasm service. Tanganku
memijat tubuhnya, memijat kepalanya dan mencumbu hidung, pipi, leher, payudara
dan lantas perutnya. Aku membuatnya kegelian saat hidungku bermain-main di
perutnya. Kemudian kuangkat dia.
Mengambil handuk dan mengeringkan tubuh kami berdua. Sambil terus mencuri-curi ciuman dan rabaan, kami saling menggosok tubuh kami. Dengan tubuh telanjang aku mengusungnya ke lokasi tidur, membaringkannya dan pulang menciumnya. Ayu tersenyum puas. Matanya berbinar-binar. Klik Casino Online.
Mengambil handuk dan mengeringkan tubuh kami berdua. Sambil terus mencuri-curi ciuman dan rabaan, kami saling menggosok tubuh kami. Dengan tubuh telanjang aku mengusungnya ke lokasi tidur, membaringkannya dan pulang menciumnya. Ayu tersenyum puas. Matanya berbinar-binar. Klik Casino Online.
“Thanks Boy.. Sudah lama sekali aku tidak bercinta. Kamu sukses
memuaskanku..”
Pujian yang tulus. Aku tersenyum. Aku merasa belum hebat bercinta.
Aku hanya berjuang melayani masing-masing wanita yang bercinta denganku.
Memperhatikan kebutuhannya.
Aku paling terkejut saat tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sial, kami
tadi tak sempat mengunci pintu!! Seorang perempuan muncul. Aku tidak sempat
lagi menutupi tubuh telanjangku.
“Ups.. Gak usah terkejut. Dari tadi aku udah dengar teriakan Ayu. Tadi justeru sudah mengintip kalian di kamar mandi..” ucapan perempuan itu. Aku kecolongan. Tapi apa boleh buat. Biarkan saja. Kulihat Ayu pun tertawa.“Kenalin, dia Gladys. Mbak.. Dia Boy.” aku menganggukkan kepalaku padanya.“Hi Gladys..” sapaku.
“Ups.. Gak usah terkejut. Dari tadi aku udah dengar teriakan Ayu. Tadi justeru sudah mengintip kalian di kamar mandi..” ucapan perempuan itu. Aku kecolongan. Tapi apa boleh buat. Biarkan saja. Kulihat Ayu pun tertawa.“Kenalin, dia Gladys. Mbak.. Dia Boy.” aku menganggukkan kepalaku padanya.“Hi Gladys..” sapaku.
Kemudian aku berdiri. Dengan penis lemas terbuai aku menggali kaos
dan celana pendek Ayu dan memakainya. Gladys masuk ke kamar. Busyet, ni anak
tenang sekali, Pikirku. Sudah jam 2 pagi. Aku mesti pulang.