Friday, August 24, 2018

Amat Nikmat Bercinta Dari Pria Yang Tahan Lama



Cerita Seks - Ketika malam aku dinner dengan customerku di cafe. Sebuah band tampil menghibur pengunjung cafe dengan musik jazz. Lagu “I’m Old Fashioned” dimainkan dengan lumayan baik. Aku menyimak sang penyanyi. Seorang gadis berusia kira-kira 25 tahun. Dengan suaranya memang paling jazzy.
Gadis ini wajahnya tidak terlampau cantik. Tingginya tidak cukup lebih 160 cm/55 kg. Tubuhnya padat berisi. Ukuran payudaranya selama 36B. Kelebihannya ialah lesung pipinya. Senyumnya manis dan matanya bersinar indah. Cukup seksi. Apalagi suaranya. Membuat telingaku fresh.
“Para pengunjung sekalian.. Malam ini saya, Ayu bareng band bakal menemani kamu semua. Jika terdapat yang ingin berdendang bersama saya, mari.. saya persilakan. Atau bila hendak request lagu.. silakan”.
Penyanyi yang ternyata mempunyai nama Ayu tersebut mulai menyapa pengunjung Cafe. Aku melulu tertarik mendengar suaranya. Percakapan dengan client menyita perhatianku. Sampai lantas telingaku menciduk perubahan teknik bermain dari sang keyboardist. Aku menyaksikan ke arah band itu dan menyaksikan Ayu ternyata bermain keyboard juga.
Ayu bermain solo keyboard sambil mendendangkan lagu “All of Me”. Lagu Jazz yang paling sederhana. Aku merasakan semua jenis musik dan berjuang mengerti seluruh jenis musik. Termasuk jazz yang memang ‘brain music’. Musik cerdas yang menciptakan otakku beranggapan setiap mendengarnya.
Ayu ternyata bermain paling aman. Aku terkesima mengejar seorang biduan cafe yang dapat bermain keyboard dengan baik. Tiba-tiba aku menjadi paling tertarik dengan Ayu. Aku menyebutkan request laguku dan memberikannya melewati pelayan cafe tersebut.
“The Boy From Ipanema, please.. And your cellular number. 081xx. From Boy.”, tulisku di kertas request sekaligus menyebutkan nomor HP-ku. Aku melanjutkan pembicaraan dengan clientku dan tak lama lantas aku mendengar suara Ayu.
“The Boy From Ipanema.. Bagi Mr. Boy..?”
Bahasa tubuh Ayu mengindikasikan bahwa dia hendak tahu dimana aku duduk. Aku melambaikan tanganku dan tersenyum ke arahnya. Posisi dudukku tepat di depan band tersebut. Jadi, dengan jelas Ayu dapat melihatku. Kulihat Ayu menjawab senyumku. Dia mulai memainkan keyboardnya. Klik Judi Online
Sambil bermain dan bernyanyi, matanya menatapku. Aku juga menatapnya. Bagi menggodanya, aku mengedipkan mataku. Aku kembali berkata dengan clientku. Tak lama kudengar suara Ayu menghilang dan berganti dengan suara biduan pria. Kulihat sekilas Ayu tidak nampak. Tit.. Tit.. Tit.. SMS di HP-ku berbunyi.
“Ayu.” terlihat pesan SMS di HP-ku. Wah.. Ayu meresponsku. Segera kutelepon dia.“Hai.. Aku Boy. Kau dimana, Ayu?”“Hi Boy. Aku di belakang. Ke kamar mandi. Kenapa hendak tahu HP-ku?”
“Aku tertarik denganmu. Suaramu sexy.. Sesexy penampilanmu” kataku terus terang. Kudengar tawa enteng dari Felicia.
“Rayuan ala Boy, nih?”“Lho.. Bukan bujukan kok. Tetapi pujian yang layak buatmu yang memang sexy.. Oh ya, kembali dari cafe jam berapa? Aku antar kembali ya?”“Jam 24.00. Boleh. Tapi kulihat kau dengan temanmu?”“Oh.. dia customerku. Sebentar lagi dia kembali kok. Aku melulu mengantarnya hingga parkir mobil. Bagaimana?”“Okay.. Aku tunggu ya.”“Okay.. See you soon, sexy..”
Aku melanjutkan sebentar pembicaraan dengan customer dan lantas mengantarkannya ke lokasi parkir mobil. Setelah clientku kembali aku pulang ke cafe. Waktu masih mengindikasikan pukul 23.30.
Masih 30 menit lagi. Aku pulang duduk dan memesan hot tea. 30 menit aku habiskan dengan memandang Ayu yang menyanyi. Mataku terus menatap matanya seraya sesekali aku tersenyum. Kulihat Ayu dengan percaya diri menjawab tatapanku. Gadis ini menarik sampai membuatku hendak mencumbunya.
Dalam perjalanan mengirimkan Ayu pulang, aku sengaja mengobarkan AC mobil lumayan besar sampai-sampai suhu dalam mobil dingin sekali. Ayu terlihat menggigil.
“Boy, AC-nya dikecilin yah?” tangan Ayu seraya meraih tombol AC untuk mendongkrak suhu. Tanganku segera menyangga tangannya. Kesempatan guna memegang tangannya.
“Jangan.. Udah dekat rumahmu kan? Aku tidak tahan panas. Suhu segini aku baru bisa. Kalau anda naikkan, aku tidak tahan..” alasanku.
Aku memang hendak membuat Ayu kedinginan. Kulihat Ayu dapat mengerti. Tangan kiriku masih memegang tangannya. Kuusap perlahan. Ayu diam saja.
“Kugosok ya.. Biar hangat..” kataku datar. Aku memberinya stimuli ringan. Ayu tersenyum. Dia tidak menolak.
“Ya.. Boleh. Habis dingin banget. Oh ya, anda suka jazz pun ya?”
“Hampir seluruh musik aku suka. Oh ya, baru kali ini aku menyaksikan penyanyi jazz perempuan yang dapat bermain keyboard. Mainmu asyik lagi.”“Haha.. Ini malam kesatu aku main keyboard seraya menyanyi.”“Oh ya? Tapi tidak tampak canggung. Oh ya, kudengar tadi mainmu tidak sedikit memakai scale altered dominant ya?” aku lantas memainkan tangan kiriku di tangannya seakan-akan aku bermain piano.“What a Boy! Kamu tahu jazz scale juga? Kamu dapat main piano yah?” Ayu terlihat terkejut. Mukanya tampak penasaran.“Yah, dulu main klasik. Lalu tertarik jazz. Belum mahir kok.
” Aku berhenti di depan lokasi tinggal Ayu.“Tinggal dengan siapa?
” tanyaku saat kami masuk ke rumahnya. Ya, aku menerima ajakannya guna masuk sebentar walaupun ini sudah nyaris jam 1 pagi.
“Aku kontrak lokasi tinggal ini dengan sejumlah temanku sesama biduan cafe. Lainnya belum kembali semua. Mungkin sekalian kencan dengan pacarnya.”
Ayu masuk kamarnya guna mengubah baju. Aku tidak mendengar suara pintu kamar dikunci.
Wah, kebetulan. Atau Ayu memang memancingku? Aku segera berdiri dan nekat membuka pintu kamarnya. Benar! Ayu berdiri melulu dengan bra dan celana dalam. Di tangannya ada suatu kaos.
Kukira Ayu bakal berteriak terkejut atau marah. Ternyata tidak. Dengan santai dia tersenyum.
“Maaf.. Aku inginkan tanya kamar mandi dimana?” tanyaku menggali alasan. Justru aku yang gugup menyaksikan pemandangan estetis di depanku.“Di kamarku terdapat kamar mandinya kok. Masuk aja.”
Wah.. Lampu hijau nih. Di kamarnya aku menyaksikan ada suatu keyboard. Aku tidak jadi ke kamar mandi justeru memainkan keyboardnya. Aku memainkan lagu “Body and Soul” seraya menyanyi lembut. Suaraku biasa saja pun permainanku. Tapi aku yakin Ayu bakal tertarik. Beberapa kali aku membuat kekeliruan yang kusengaja. Aku hendak melihat reaksi Ayu.
“Salah tuh mainnya.” Komentar Ayu. Dia ikut bernyanyi.“Ajarin dong..” kataku.
Dengan segera Ayu mengajariku memainkan keyboardnya. Aku duduk sementara Ayu berdiri membelakangiku. Dengan posisi laksana memelukku dari belakang, dia mengindikasikan sekilas notasi yang benar. Aku dapat merasakan nafasnya di leherku. Wah.. Sudah jam 1 pagi. Aku menimbang-nimbang apa yang mesti aku lakukan. Aku memalingkan mukaku. Kini mukaku dan Ayu saling bertatapan. Dekat sekali. Tanganku bergerak mendekap pinggangnya. Kalau ditolak, berarti dia tidak bermaksud apa-apa denganku. Jika dia diam saja, aku boleh melanjutkannya. Kemudian tangannya menepis halus tanganku. Kemudian dia berdiri. Aku ditolak.
“Katanya inginkan ke kamar mandi?” tanyannya seraya tersenyum. Oh ya.. Aku melupakan alasanku membuka pintu kamarnya.“Oh ya..” aku berdiri.
Ada rasa sesak di dadaku menerima penolakannya. Tapi aku tak menyerah. Segera kuraih tubuhnya dan kupeluk. Kemudian kuangkat ke kamar mandi!
“Eh.. Eh, apa-apaan ini?” Ayu terkejut. Aku tertawa saja.
Kubawa dia ke kamar mandi dan kusiram dengan air! Biarlah. Kalau inginkan marah ya aku terima saja.
Yang jelas aku terus berjuang mendapatkannya. Ternyata Ayu justeru tertawa. Dia menjawab menyiramku dan kami sama-sama basah kuyup. Segera aku menyandarkannya ke dinding kamar mandi dan menciumnya!
Ayu menjawab ciumanku. Bibir kami saling memagut. Sungguh nikmat bercumbu di suhu dingin dan basah kuyup. Bibir kami saling bersaing memberikan kehangatan. Tanganku merain kaosnya dan membukanya. Kemudian bra dan celana pendeknya. Sementara Ayu pun membuka kaos dan celanaku. Kami sama-sama tinggal melulu memakai celana dalam. Sambil terus mencumbunya, tangan kananku meraba, meremas lembut dan memicu payudaranya. Sementara tangan kiriku meremas bongkahan pantatnya dan sesekali menyelinap ke belahan pantatnya. Dari pantatnya aku dapat meraih vaginanya. Menggosok-gosoknya dengan jariku.
“Agh..” kudengar rintihan Ayu. Nafasnya mulai memburu. Suaranya sexy sekali. Berat dan basah. Perlahan aku menikmati penisku ereksi.“Egh..” aku menyangga nafas saat kurasakan tangan Ayu menggenggam batang penisku dan meremasnya.
Tak lama dia mengocok penisku sampai membuatku kian terangsang. Tubuh Ayu kuangkat dan kududukkan di bak air. Cukup susah bercinta di kamar mandi. Licin dan tidak dapat berbaring. Sewaktu Ayu duduk, aku hanya dapat merangsang payudara dan mencumbunya. Sementara pantat dan vaginanya tidak dapat kuraih. Ayu tidak inginkan duduk. Dia berdiri lagi dan menciumi puting dadaku!
Ternyata enak pun rasanya. Baru kali ini putingku dihirup dan dijilat. Ayu lumayan aktif. Tangannya tak pernah melepas penisku. Terus dikocok dan diremasnya. Sambil melakukannya, badannya bergoyang-goyang seolah-olah dia sedang menari dan merasakan musik. Merasa terganggu dengan celana dalam, aku melepasnya dan pun melepas celana dalam Ayu. Kami bercumbu kembali.
Lidahku mengurangi lidahnya. Kami saling menjilat dan menghisap.
Rintihan kecil dan desahan nafas kami saling bergantian membuat buaian musik birahi di kamar mandi. Suhu yang dingin menciptakan kami saling merapat menggali kehangatan. Ada sensasi yang bertolak belakang bercinta saat dalam suasana basah. Waktu bercumbu, terdapat rasa ‘air’ yang menciptakan ciuman bertolak belakang rasanya dari biasanya.
Aku mengobarkan shower dan lantas di bawah air yang mengucur dari shower, kami semakin hangat merapat dan saling merangsang. Aliran air yang mengairi rambut, wajah dan semua tubuh, menciptakan tubuh kami kian panas. Makin bergairah. Kedua tanganku meraih pantatnya dan kuremas agak keras, sedangkan bibirku melumat makin buas bibir Ayu. Sesekali Ayu menggigit bibirku.
Perlahan tanganku merayap naik seraya memijat enteng pinggang, punggung dan bahu Ayu. Dari bahasa tubuhnya, Ayu sangat merasakan pijatanku.
“Ogh.. Its nice, Boy.. Och..” Ayu mengerang.
Lidahku mulai menjilati telinganya. Ayu menggelinjang geli. Tangannya ikut meremas pantatku.
Aku menikmati payudara Ayu kian tegang. Payudara dan putingnya tampak begitu seksi.
Menantang dengan puting yang menonjol coklat kemerahan.
“Payudaramu seksi sekali, Ayu.. Ingin kumakan rasanya..” candaku seraya tertawa ringan. Ayu memainkan bola matanya dengan genit.
“Makan aja kalo suka..” bisiknya di telingaku.“Enak lho..” sambungnya seraya menjilat telingaku. Ugh.. Darahku berdesir. Perlahan ujung lidahku mendekati putingnya. Aku menjilatnya serupa di ujung putingnya.“Ergh..” desah Ayu. Caraku menjilatnya lah yang membuatnya mengerang.
Mulai dari ujung lidah hingga akhirnya dengan semua lidahku, aku menjilatnya. Kemudian aku menghisapnya dengan lembut, agak powerful dan kesudahannya kuat. Tak lama lantas Ayu lantas membuka kakinya dan menuntun penisku menginjak vaginanya.
“Ough.. Enak.. Ayo, Boy” Ayu memintaku mulai beraksi.
Penisku perlahan menjebol vaginanya. Aku mulai mengocoknya. Maju-mundur, berputar, Sambil bibir kami saling melumat. Aku berjuang keras membuatnya menikmati kenikmatan. Ayu dengan terampil mengekor tempo kocokanku. Kamu berkolaborasi dengan harmonis saling memberi dan menemukan kenikmatan. Vaginanya masih rapat sekali. Mirip dengan Ria. Apakah begini rasanya perawan? Entahlah. Aku belum pernah bercinta dengan perawan, kecuali dengan Ria yang selaput daranya tembus oleh jari pacarnya.
“Agh.. Agh..” Ayu merintih keras. Lama kelamaan suaranya kian keras.“Come on, Boy.. Fuck me..” ceracaunya.
Rupanya Ayu ialah tipe perempuan yang bersuara keras saat bercinta. Bagiku menyenangkan pun mendengar suaranya. Membuatku terpacu lebih hebat
menghunjamkan penisku. Lama-lama tempoku kian cepat. Beberapa saat lantas aku berhenti. Mengatur nafas dan mengolah posisi kami.
Ayu menungging dan aku ‘menyerangnya’ dari belakang. Doggy style. Kulihat payudara Ayu tidak banyak terayun-ayun. Seksi sekali. Dengan usil jariku meraba anusnya, lantas memasukkan jariku.
“Hey.. Perih tau!” teriak Ayu. Aku tertawa.“Sorry.. Kupikir enak rasanya..” Aku menghentikan memasukkan jari ke anusnya namun tetap bermain-main di dekat anusnya sampai membuatnya geli.
Cukup lama kami berpacu dalam birahi. Aku menikmati saat-saat orgasmeku nyaris tiba. Aku berjuang keras menata ritme dan nafasku.
“Aku inginkan nyampe, Ayu..”“Keluarin di dalam aja. Udah lama aku tidak menikmati semburan cairan pria” Aku agak terhenti. Gila, keluarin di dalam. Kalau hamil gimana, pikirku.“Aman, Boy. Aku terdapat obat anti hamil kok..” Ayu meyakinkanku. Aku yang tidak yakin. Tapi masa bebal ah. Dia yang menjamin, kan? Kukocok lagi dengan gencar. Ayu berteriak kian keras.“Yes.. Aku juga nyaris sampe, Boy.. come on.. come on.. oh yeah..”
Saat-saat tersebut makin dekat.. Aku mengejarnya. Kenikmatan tiada tara. Membuat saraf-saraf penisku kegirangan. Srr.. Srr..
“Aku orgasme. Sesaat lantas kurasakan tubuh Ayu kian bergetar hebat. Aku berjuang keras menyangga ereksiku. Tubuhku terkejang-kejang merasakan puncak kenikmatan.“Aarrgghh.. Yeeaahh..” Ayu menyusulku orgasme.
Dia menjerit powerful sekali lantas membalikkan badannya dan memelukku. Kami lantas bercumbu lagi. Saatnya after orgasm service. Tanganku memijat tubuhnya, memijat kepalanya dan mencumbu hidung, pipi, leher, payudara dan lantas perutnya. Aku membuatnya kegelian saat hidungku bermain-main di perutnya. Kemudian kuangkat dia.
Mengambil handuk dan mengeringkan tubuh kami berdua. Sambil terus mencuri-curi ciuman dan rabaan, kami saling menggosok tubuh kami. Dengan tubuh telanjang aku mengusungnya ke lokasi tidur, membaringkannya dan pulang menciumnya. Ayu tersenyum puas. Matanya berbinar-binar. Klik Casino Online
“Thanks Boy.. Sudah lama sekali aku tidak bercinta. Kamu sukses memuaskanku..”
Pujian yang tulus. Aku tersenyum. Aku merasa belum hebat bercinta. Aku hanya berjuang melayani masing-masing wanita yang bercinta denganku. Memperhatikan kebutuhannya.
Aku paling terkejut saat tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sial, kami tadi tak sempat mengunci pintu!! Seorang perempuan muncul. Aku tidak sempat lagi menutupi tubuh telanjangku.
“Ups.. Gak usah terkejut. Dari tadi aku udah dengar teriakan Ayu. Tadi justeru sudah mengintip kalian di kamar mandi..” ucapan perempuan itu. Aku kecolongan. Tapi apa boleh buat. Biarkan saja. Kulihat Ayu pun tertawa.
“Kenalin, dia Gladys. Mbak.. Dia Boy.” aku menganggukkan kepalaku padanya.“Hi Gladys..” sapaku.
Kemudian aku berdiri. Dengan penis lemas terbuai aku menggali kaos dan celana pendek Ayu dan memakainya. Gladys masuk ke kamar. Busyet, ni anak tenang sekali, Pikirku. Sudah jam 2 pagi. Aku mesti pulang. 

Thursday, August 23, 2018

Terikan Bahagia Tante Ayu



Cerita Seks - Pamanku terbilang orang sukses karena dalam bisnisnya lancer semua, mungkin sebab itu pamanku sibuk ke bisnisnya sampai lupa pendamping hidupnya, sudah disarankan kepada keluarganya dan dipilihakn wanita tapi selalu saja ada pertimbangan yang khusus dari paman sendiri, minta ini minta itu dan pada suatu saat paman membawa wanita yang sangat cantik.


Namanya Ayu seperti namanya dia juga cantik, tak cantik pula dia juga supel kepada kami, dia berusia 24 tahun dan saat itu ia bekerja sebagai sekretaris di perusahaan teman pamanku itu.
Kemudian kami bercakap-cakap, ternyata Ayu memang enak untuk diajak ngobrol. Dan aq melihat sepertinya pamanku tertarik sekali dengannya, karena aq tahu matanya tidak pernah lepas memandang wajah Ayu.
Tapi tidak demikian halnya dengan Ayu. Ia lebih sering memandangku, terutama ketika aq berbicara, tatapannya dalam sekali, seolah-olah dapat menembus pikiranku. Aq mulai berpikir jangan-jangan Ayu lebih menyukaiku.
Tapi aq tidak dapat berharap banyak, soalnya bukan aq yang hendak dijodohkan. Tapi aq tetap saja memandangnya ketika ia sedang berbicara, kupandangi dari ujung rambut ke kaki, rambutnya panjang seperti gadis di iklan sampo, kulitnya putih bersih, kakinya juga putih mulus, tapi sepertinya dadanya agak rata, tapi aq tidak terlalu memikirkannya.
Tidak terasa hari sudah mulai malam. Kemudian sebkamum mereka pulang, pamanku mentraktir mereka makan di sebuah restoran chinese food di dekat rumahnya di daerah Sunter. Ketika sampai di restorant tersebut, aq langsung pergi ke wc dulu karena aq sudah kebelet. Sebkamum aq menutup pintu, tiba-tiba ada tangan yang menahan pintu tersebut. Ternyata adalah Ayu.
“Eh, ada apa Yu?”
“Enggak, aq pengen kasih kartu nama aq, besok jangan lupa telpon aq, ada yang mau aq omongin, oke?”
“Kenapa enggak sekarang aja?”
“Jangan, ada paman kamu, pokoknya besok jangan lupa.”
Setelah acara makan malam itu, aq pun pulang ke rumah dengan seribu satu pertanyaan di otakku, apa yang mau diomongin sama Ayu sih. Tapi aq tidak mau pikir panjang lagi, lagipula nanti aq bisa-bisa susah tidur, soalnya kan besok harus masuk kerja.
Besoknya saat istirahat makan siang, aq meneleponnya dan bertanya langsung padanya.
“Eh, apa sih yang mau kamu omongin, aq penasaran banget?”
“Eeee, penasaran ya, Ton?”
“Iya lah, ayo dong buruan!”
“Eh, slow aja lagi, napsu amet sih kamu.”
“Baru tahu yah, napsu aq emang tinggi.”
“Napsu yang mana nih?” Ayu sepertinya memancingku.
“Napsu makan dong, aq kan bkamum sempat makan siang!”
Aq sempat emosi juga rasanya, sepertinya ia tidak tahu aq ini orang yang sangat menghargai waktu, terutama jam makan siang, soalnya aq sambil makan dapat sekaligus main internet di tempat kerjaq, karena saat itu pasti bosku pergi makan kkamuar, jadi aq bebas surfing di internet, gratis lagi.
“Yah udah, aq cuma mau bilang bisa enggak kamu ke apartment aq sore ini abis pulang kerja, soalnya aq pengen ngobrol banyak sama kamu.”
Aq tidak habis pikir, nih orang kenapa tidak bilang kemarin saja.
Lalu kataq, “Kenapa enggak kemarin aja bilangnya?”
“Karena aq mau kasih surprise buat kamu.” katanya manja.
“Ala, gitu aja pake surprise segala, yah udah entar aq ke tempat kamu, kira-kira jam 6, alamat kamu di mana?”
Lalu Ayu bilang, “Nih catet yah, apartment XXX (edited), lantai XX (edited), pintu no. XXX (edited), jangan lupa yah!””Oke deh, tunggu aja nanti, bye!”
“Bye-bye Ton.”
Setelah telepon terputus, lalu aq mulai membayangkan apa yang akan dibicarakan, lalu pikiran nakalku mulai bekerja. Apa bisa aq menyentuhnya nanti, tetapi langsung aq berpikir tentang pamanku, bagaimana kalau nanti ketahuan, pasti tidak enak dengan pamanku. Lalu aq pun mulai tenggelam dalam kesibukan pekerjaanku.
Tidak lama pun waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, sudah waktunya nih, pikirku. Lalu aq pun mulai mengendarai motorku ke tempatnya. Lumayan dekat dari tempat kerjaq di Roxymas. Sesampainya di sana, aq pun langsung menaiki lift ke lantai yang diberitahukan. Begitu sampai di lantai tersebut, aq pun langsung melihatnya sedang membuka pintu ruanganya.
Langsung saja kutepuk pundaknya, “Hai, baru sampe yah, Yu..”Ayu tersentak kaget, “Wah aq kira siapa, pake tepuk segala.”“Kamu khan kasih surprise buat aq, jadi aq juga mesti kasih surprise juga buat kamu.”Lalu ia mencubit lenganku, “Nakal kamu yah, awas nanti!”Kujawab saja, “Siapa taqt, emang aq pikirin!”“Ayo masuk Ton, santai aja, anggap aja rumah sendiri.” katanya setelah pintunya terbuka.
Ketika aq masuk, aq langsung terpana dengan apa yang ada di dalamnya, kulihat temboknya berbeda dengan tembok rumah orang-orang pada umumnya, temboknya dilukis dengan gambar-gambar pemandangan di luar negeri. Dia sepertinya orang yang berjiwa seniman, pikirku. Tapi hebat juga kalau cuma kerja sebagai sekretaris mampu menyewa apartment. Jangan-jangan ini cewek simpanan, pikirku. Klik Judi Online
Sambil aq berkeliling, Ayu berkata, “Mau minum apa Ton?”
“Apa saja lah, asal bukan racun.” kataq bercanda.
“Oh, kalau gitu nanti saya campurin obat tidur deh.” kata Ayu sambil tertawa.
Sementara ia sedang membuat minuman, mataq secara tidak sengaja tertuju pada rak VCD-nya, ketika kulihat satu persatu, ternyata lebih banyak film yang berbau porno. Aq tidak sadar ketika ia sudah kembali, tahu-tahu ia nyeletuk, “Ton, kalo kamu mau nonton, setel aja langsung..!”
Aq tersentak ketika ia ngomong seperti itu, lalu kubilang, “Apa aq enggak salah denger nih..?”
Lalu katanya, “Kalo kamu merasa salah denger, yah aq setelin aja sekarang deh..!”
Lalu ia pun mengambil sembarang film kemudian disetelnya. Wah, gila juga nih cewek, pikirku, apa ia tidak tahu kalau aq ini laki-laki, baru kenal sehari saja, sudah seberani ini.
“Duduk sini Ton, jangan bengong aja, khan udah aq bilang anggap aja rumah sendiri..!” kata Ayu sambil menepuk sofa menyuruhku duduk.
Kemudian aq pun duduk dan nonton di sampingnya, agak lama kami terdiam menyaksikan film panas itu, sampai akhirnya aq pun buka mulut, “Eh Yu, tadi di telpon kamu bilang mau ngomong sesuatu, apa sih yang mau kamu ngomongin..?”
Ayu tidak langsung ngomong, tapi ia kemudian menggenggam jemariku, aq tidak menyangka akan tindakannya itu, tapi aq pun tidak berusaha untuk melepaskannya.
Agak lama kemudian baru ia ngomong, pelan sekali, “Kamu tau Ton, sejak kemarin bertemu, kayaknya aq merasa pengen menatap kamu terus, ngobrol terus. Ton, aq suka sama kamu.”
“Tapi khan kemarin kamu dikenalkan ke Paman aq, apa kamu enggak merasa kalo kamu itu dijodohin ke Paman aq, apa kamu enggak lihat reaksi Paman aq ke kamu..?”
“Iya, tapi aq enggak mau dijodohin sama Paman kamu, soalnya umurnya aja beda jauh, aq pikir-pikir, kenapa hari itu bukannya kamu aja yang dijodohin ke aq..?” kata Ayu sambil mendesah.
Aq pun menjawab, “Aq sebenarnya juga suka sama kamu, tapi aq enggak enak sama Paman aq, entar dikiranya aq kurang ajar sama yang lebih tua.”
Ayu diam saja, demikian juga aq, sementara itu film semakin bertambah panas, tapi Ayu tidak melepaskan genggamannya.
Lalu secara tidak sadar otak pornoku mulai bekerja, soalnya kupikir sekarang kan tidak ada orang lain ini. Lalu mulai kuusap-usap tangannya, lalu ia menoleh padaq, kutatap matanya dalam-dalam, sambil berkata dengan pelan, “Ayu, aq cinta kamu.”
Ia tidak menjawab, tapi memejamkan matanya. Kupikir ini saatnya, lalu pelan-pelan kukecup bibirnya sambil lidahku menerobos bertemu lidahnya. Ayu pun lalu membalasnya sambil memkamukku erat-erat.
Tanganku tidak tinggal diam berusaha untuk meraba-raba buah dadanya, ternyata agak besar juga, walaupun tidak sebesar punyanya bintang film porno. Ayu menggeliat seperti cacing kepanasan, mendesah-desah menikmati rangsangan yang diterima pada buah dadanya.
Kemudian aq berusaha membuka satu persatu kancing bajunya, lalu kuremas-remas payudara yang masih terbungkus BRA itu.
“Aaaaahhh, buka aja BH-nya Ton, cepat.., oohh..!”
Kucari-cari pengaitnya di belakang, lalu kubuka. Wah, ternyata lumayan juga, masih padat dan kencang, walaupun tidak begitu besar. Langsung kusedot-sedot putingnya seperti anak bayi kehausan.
“Esshh.. ouww.. aduhh.. Ton.. nikmat sekali lidahmu.., teruss..!”
Setelah bosan dengan payudaranya, lalu kubuka skamuruh pakaiannya sampai bugil total. Ia juga tidak mau kalah, lalu melepaskan semua yang kukenakan. Untuk sesaat kami saling berpandangan mengagumi keindahan masing-masing. Lalu ia menarik tanganku menuju ke kamarnya, tapi aq melepaskan pegangannya lalu menggendongnya dengan kedua tanganku.
“Aouww Ton, kamu romantis sekali..!” katanya sambil kedua tangannya menggelayut manja melingkari leherku.
Kemudian kuletakkan Ayu pelan-pelan di atas ranjangnya, lalu aq menindih tubuhnya dari atas, untuk sesaat mulut kami saling pagut memagut dengan mesranya sambil berpkamukan erat. Lalu mulutku mulai turun ke buah dadanya, kujilat-jilat dengan lembut, Ayu mendesah-desah nikmat. Tidak lama aq bermain di dadanya, mulutku pelan-pelan mulai menjilati turun ke perutnya, Ayu menggeliat kegelian.
“Aduh Ton, kamu ngerjain aq yah, awas kamu nanti..!”“Tapi kamu suka khan? Geli-geli nikmat..!”“Udah ah, jilati aja memek aq Ton..!”“Oke boss.., siap laksanakan perintah..!”
Langsung saja kubuka paha lebar-lebar, tanpa menunggu lagi langsung saja kujilat-jilat klitorisnya yang sebesar kacang kedele. Ayu menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan liar seakan-akan tidak mau kalah dengan permainan lidahku ini.
“Oohh esshhh aaouuw uuhh teeruss.., lebih dalemm, oohhh.. nikmat sekali..!”
Agak lama juga aq bermain di klitorisnya sampai-sampai terlihat banjir di sekitar vaginanya.
“Ton, masukkin aja titit kamu ke lobang aq, aq udah enggak tahan lagi..!”
Dengan segera kuposisikan diriku untuk menembus kemaluannya, tapi ketika kutekan ujung penisku, ternyata tidak mau masuk. Aq baru tahu ternyata dia masih perawan.
“Ayu, apa kamu tidak menyesal perawan kamu aq tembus..?”
“Ton, aq rela kalau kamu yang ngambil perawan aq, bagi aq di dunia ini cuma ada kita berdua aja.”
Tanpa ragu-ragu lagi langsung kutusuk penisku dengan kuat, rasanya seperti ada sesuatu yang robek, mungkin itu perawannya, pikirku.
“Aduh sakit Ton, tahan dulu..!” katanya menahan sakit.
Aq pun diam sejenak, lalu kucium mulutnya untuk meredakan rasa sakitnya. Beberapa menit kemudian ia terangsang lagi, lalu tanpa buang waktu lagi kutekan pantatku sehingga batang kemaluanku masuk semuanya ke dalam lubangnya.
“Pelan-pelan Ton, masih sakit nih..!” katanya meringis.
Kugoyangkan pinggulku pelan-pelan, lama kelamaan kulihat dia mulai terangsang lagi. Lalu gerakanku mulai kupercepat sambil menyedot-nyedot puting susunya. Kulihat Ayu sangat menikmati sekali permainan ini.
Tidak lama kemudian ia mengejang, “Ton, aa.. aqu.. mau kkamuarr.., teruss.. terus.., aahh..!”
Aq pun mulai merasakan hal yang sama, “Yu, aq juga mau kkamuar, di dalam atau di luar..?”
“Kkamuarin di dalem aja Sayang… ohhh.. aahh..!” katanya sambil kedua pahanya mulai dijepitkan pada pinggangku dan terus menggoyangkan pantatnya.
Tiba-tiba dia menjerit histeris, “Oohh… sshh… sshh… sshh…”
Ternyata dia sudah kkamuar, aq terus menggenjot pantatku semakin cepat dan keras hingga menyentuh ke dasar liang senggamanya.
“Sshh.. aahh..” dan, “Aagghh.. crett.. crett.. creet..!”
Kutekan pantatku hingga batang kejantananku menempel ke dasar liang kenikmatannya, dan kkamuarlah spermaq ke dalam liang surganya.
Saat terakhir air maniku kkamuar, aq pun merasa lemas. Walaupun dalam keadaan lemas, tidak kucabut batang kemaluanku dari liangnya, melainkan menaikkan lagi kedua pahanya hingga dengan jelas aq dapat melihat bagaimana rudalku masuk ke dalam sarangnya yang dikelilingi oleh bulu kemaluannya yang menggoda. Kubelai bulu-bulu itu sambil sesekali menyentuh klitorisnya. Klik Casino Online.
“Sshh.. aahh..!” hanya desisan saja yang menjadi jawaban atas perlaqanku itu.
Setelah itu kami berdua sama-sama lemas. Kami saling berpkamukan selama kira-kira satu jam sambil meraba-raba.
Lalu ia berkata kepadaq, “Ton, mudah-mudahan kita bisa bersatu seperti ini Ton, aq sangat sayang pada kamu.”
Aq diam sejenak, lalu kubilang begini, “Aq juga sayang kamu, tapi kamu mesti janji tidak boleh meladeni paman aq kalo dia nyari-nyari kamu.”
“Oke bossss, siap laksanakan perintah..!” katanya sambil memkamukku lebih erat.
Sejak saat itu, kami menjadi sangat lengket, tiap malam minggu selalu kami bertingkah seperti suami istri. Tidak hanya di apartmentnya, kadang aq datang ke tempat kerjanya dan melaqkannya bersama di WC, tentu saja setelah semua orang sudah pulang.
Kadang ia juga ke tempat kerjaq untuk minta jatahnya. Katanya pamanku sudah tidak pernah mencarinya lagi, soalnya tiap kali Ayu ditelpon, yang menjawabnya adalah mesin penjawabnya, lalu tak pernah dibalas Ayu, mungkin akhirnya pamanku jadi bosan sendiri.
Aq Dengan Calon Istri Pamanku sering jalan-jalan ke Mal-Mal, untungnya tidak pernah bertemu dengan pamanku itu. Sampai saat ini aq masih jalan bersama, tapi ketika kutanya sampai kapan mau begini, ia tidak menjawabnya. Aq ingin sekali menikahinya, tapi sepertinya ia bukan tipe cewek yang ingin punya kkamuarga. Tapi lama-lama kupikir, tidak apalah, yang penting aq dapat enaknya juga.