Thursday, May 31, 2018

Cerita Seks - RATNA ANAK REKAN BISNISKU




Cerita Seks - Kalau aku ke Jakarta aku sering main ke rumahnya. Dan pada hari Senin, aku ditugaskan oleh Firman untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia akan pergi ke Malang, ke rumah sakit untuk menjenguk saudara istrinya. Menurutnya sakit demam berdarah dan dirawat selama 3 hari. oleh karena itu ia minta cuti di kantornya selama 1 minggu. Ia berangkat sama istrinya, sedangkan anaknya tidak ikut karena sekolah.
Setelah 3 hari di rumahnya, suatu kali aku pulang dari rumah kakakku, karena aku tidak ada kesibukan apapun dan aku pun menuju rumah Firman. Aku pun bersantai dan kemudian menyalakan VCD. Selesai satu film. Saat melihat rak, di bagian bawahnya kulihat beberapa VCD porno. Karena memang sendirian, aku pun menontonnya. Sebelum habis satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Aku pun tergopoh-gopoh mematikan televisi dan menaruh pembungkus VCD di bawah karpet.
“Hallo, Oom Ryan..!” Ratna yang baru masuk tersenyum.
“Eh, tolong dong bayarin Bajaj.. uang Ratna sepuluh-ribuan, abangnya nggak ada kembalinya.”
Aku tersenyum mengangguk dan keluar membayarkan Bajaj yang cuma dua ribu rupiah.
Saat aku masuk kembali.., pucatlah wajahku! Ratna duduk di karpet di depan televisi, dan menyalakan kembali video porno yang sedang setengah jalan. Mia memandang kepadaku dan tertawa geli.
“Ih! Oom Ryan! Begitu, tho, caranya..? Rina sering diceritain temen-temen di sekolah, tapi belon pernah liat.”
Gugup aku menjawab, “Ratna.. kamu nggak boleh nonton itu! Kamu belum cukup umur! Ayo, matiin.”
“Aahh, Oom Ryan. Jangan gitu, dong! Tu, liat.. cuma begitu aja! Gambar yang dibawa temen Rina di sekolah lebih serem.”
Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan, dan khawatir kalau kularang Ratna justru akan lapor pada orangtuanya, aku pun ke dapur membuat minum dan membiarkan Rina terus menonton. Dari dapur aku duduk-duduk di beranda belakang membaca majalah.
Sekitar jam 7 malam, aku keluar dan membeli makanan. Sekembalinya, di dalam rumah kulihat Ratna sedang tengkurap di sofa mengerjakan PR, dan.. astaga! Ia mengenakan daster yang pendek dan tipis. Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Aku menelan ludah dan terus masuk menyiapkan makanan.
Setelah makanan siap, aku memanggil Ratna. Dan.., sekali lagi astaga.. jelas ia tidak memakai BH, karena puting susunya yang menjulang membayang di dasternya. Aku semakin gelisah karena penisku yang tadi sudah mulai “bergerak”, sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di celanaku.
Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, kami berdiri bersampingan, dan dari celah di dasternya, buah dadanya yang indah mengintip. Saat ia membungkuk, puting susunya yang merah muda kelihatan dari celah itu. Aku semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami berdua duduk di sofa di ruang keluarga.
“Oom, ayo tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan..!”
“Ah, gampang! Semut lagi push-up! Khan ada di tutup botol Fanta! Gantian.. putih-biru-putih, kecil, keringetan, apa..?”
Mia mengernyit dan memberi beberapa tebakan yang semua kusalahkan.
“Yang bener.. Rina pakai seragam sekolah, kepanasan di Bajaj..!”
“Aahh.. Oom Ryan ngeledek..!”
Mia meloncat dari sofa dan berusaha mencubiti lenganku. Aku menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa, dan.. tersandung!
Ia jatuh ke dalam pelukanku, membelakangiku. Lenganku merangkul dadanya, dan ia duduk tepat di atas batang kelelakianku! Kami terengah-engah dalam posisi itu. Bau bedak bayi dari kulitnya dan bau shampo rambutnya membuatku makin terangsang. Dan aku pun mulai menciumi lehernya. Ratna mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya.
Nafas Ratna makin terengah, dan tanganku pun masuk ke antara dua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang.
“Uuuhh.. mmhh..” Rina menggelinjang.
Kesadaranku yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang sedang kucumbu adalah seorang gadis SMP, tapi gariahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun menarik lepas dasternya dari atas kepalanya.
Aahh..! Rina menelentang di sofa dengan tubuh hampir polos!
Aku segera mengulum puting susunya yang merah muda, berganti-ganti kiri dan kanan hingga dadanya basah mengkilap oleh ludahku. Tangan Ratna yang mengelus belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan.. nampaklah bukit kemaluannya yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu yang sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Ratna. Aku pun segera membenamkan kepalaku ke tengah kedua pahanya.
“Ehh.. mmaahh..,” tangan Ratna meremas sofa dan pinggulnya menggeletar ketika bibir kemaluannya kucium.
Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan mengemut perlahan.
“Ooohh.. aduuhh..,” Ratna mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat.
Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku akan membelai kelentitnya dan tubuh Ratna akan terlonjak dan nafas Ratna seakan tersedak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya sedikit membesar dan mengeras.
Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Ratna tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Ratna.
“Mmmhh.. mmhh.. oohhmm..,” ketika Ratna membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku.
Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi ia pun mulai menyedot. Tanganku berganti-ganti meremas dadanya dan membelai kemaluannya.
Segera saja kemaluanku basah dan mengkilap. Tak tahan lagi, aku pun naik ke atas tubuh Ratna dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Rina dan aroma kemaluan Ratna di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit.
Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Ratna, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Ratna menekan pantatku dari belakang.
“Ohhmm, mam.. msuk.. hh.. msukin.. Omm.. hh.. ehekmm..”
Perlahan kemaluanku mulai menempel di bibir liang kemaluannya, dan Ratna semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku kutekan, tetapi gagal saja karena tertahan sesuatu yang kenyal. Aku pun berpikir, apakah lubang sekecil ini akan dapat menampung kemaluanku yang besar ini. Terus terang saja, ukuran kemaluanku adalah panjang 15 cm, lebarnya 4,5 cm sedangkan Rina masih SMP dan ukuran lubang kemaluannya terlalu kecil.
Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, aku pun berusaha. Akhirnya usahaku pun berhasil. Dengan satu sentakan, tembuslah halangan itu. Ratna memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku tangannya mencengkeram kulit punggungku. Aku menekan lagi, dan terasa ujung kemaluanku membentur dasar padahal baru 3/4 kemaluanku yang masuk. Lalu aku diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Rina terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya.
Sebentar kemudian kernyit di dahi Ratna menghilang, dan aku pun mulai menarik dan menekankan pinggulku. Ratna mengernyit lagi, tapi lama kelamaan mulutnya menceracau.
“Aduhh.. sshh.. iya.. terusshh.. mmhh.. aduhh.. enak.. Oomm..”
Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Rina, lalu membalikkan kedua tubuh kami hingga Ratna sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak 3/4 kemaluanku menancap di kemaluannya. Tanpa perlu diajarkan, Ratna segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku berganti-ganti meremas dan menggosok dada, kelentit dan pinggulnya, dan kami pun berlomba mencapai puncak. Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Ratna makin menggila dan ia pun membungkukkan tubuhnya dan bibir kami berlumatan. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya menyentak berhenti. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku.
Setelah tubuh Ratna melemas, aku mendorong ia telentang. Dan sambil menindihnya, aku mengejar puncakku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Ratna tentu merasakan siraman air maniku di liangnya, dan ia pun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua.
Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.
“Aduh, Oom.. Ratna lemes. Tapi enak banget.
Aku hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tanganku lagi ada di pinggulnya dan meremas-remas. Kupikir tubuhku yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera kurasakan kemaluanku yang telah melemas bangkit kembali dijepit liang vagina Ratna yang masih amat kencang.
Ke kamar melanjutkan babak berikutnya. Sepanjang malam aku mencapai tiga kali lagi orgasme, dan Ratna.. entah berapa kali. Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi kami bergumul penuh kenikmatan sebelum akhirnya Ratna kupaksa memakai seragam, sarapan dan berangkat ke sekolah.
Kembali ke rumah Firman, aku masuk ke kamar tidur tamu dan segera pulas kelelahan. Di tengah tidurku aku bermimpi seolah Ratna pulang sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik lepas celanaku dan mengulum kemaluanku. Tapi segera saja aku sadar bahwa itu bukan mimpi, dan aku memandangi rambutnya yang tergerai yang bergerak-gerak mengikuti kepalanya yang naik-turun. Aku melihat keluar kamar dan kelihatan VCD menyala, dengan film yang kemarin. Ah! Merasakan caranya memberiku “blowjob”, aku tahu bahwa ia baru saja belajar dari VCD.


Tuesday, May 29, 2018

Cerita Seks –Berakibat Perselingkuhan Pacar



Cerita Seks - Perihal dengan Rico aku tak cemburu lagi dengannya, apalagi aku sudah dikenalkan juga dengan pacarnya Rico. Findi namanya. Anaknya lumayan cantik, badannya juga seksi meski teteknya tak sebesar Risa, pacarku. Kutaksir ukuran BHnya sekitar 34B.
Kisahku ini terjadi ketika aku pulang ke kota K, untuk menengok Risa. Kangenku padanya sudah nggak ketulungan, harusnya aku pulang 2 minggu lagi, tapi aku pulang seminggu lebih awal, karena udah tak tahan kangen. Sengaja Risa tak kuberi kabar untuk memberikan kejutan kepadanya, karena saat kutelepon katanya ia kangen sekali denganku.
Pagi-pagi benar aku sudah sampai di kota K, setelah melepas lelah aku meluncur naik taksi ke dekat rumah Risa. Dari wartel yang berjarak 500 m, kutelepon ke rumahnya.
“Pagi, Risanya ada?”
“O.. Risanya pergi baru dua menit yang lalu” Ibunya Risa yang mengangkat telephone.
“Kemana ya Bu?”
“Aduh kurang tahu ya.. Katanya mau bimbingan skripsi atau apa gitu?”
“Ya udah Bu, makasih”
Begitu kuletakkan telepon, kulihat mobil Risa melintas di depanku, entah kenapa aku tak terlintas dalam benakku untuk mengikutnya. Kulihat Risa berdandan sangat cantik dan sexy, mungkin itu juga yang membuatku curiga karena selama ini setiap ia bimbingan, dandanannya biasa-biasa saja. Akhirnya kuminta sopir taksi untuk mengikuti mobil Risa.
Setelah berjalan 3 km, tiba-tiba mobil berhenti, kemudian pintu dibuka, kulihat cowok yang sangat kukenali wajahnya, Rico teman sekampus Risa, sesaat mereka ngobrol kemudian Rico masuk ke mobil melalui sebelah kanan. Ternyata mereka ganti stir, Rico yang memegang stir kemudian Risa duduk si sebelahnya.
Beberapa saat mobil berjalan Risa menoleh ke belakang, aku terkejut langsung kutundukkan badanku agar ia tak mengenaliku. Saat ku munculkan lagi wajahku betapa terkejutnya aku ketika Risa ternyata mencium pipi Rico, kemudian ia menggelayut mesra di bahu Rico sambil Rico terus menyetir. Hampir saja kuminta sopir taksi untuk menghentikan mobil mereka, namun naluriku berkata lain aku harus ikuti kemana mereka pergi.
Mobil Risa terus meluncur melewati batas kota K melewati kota U arah menuju areal wisata di kota B. Tiba-tiba badanku merinding, keringat dingin membasahi tubuhku, jangan-jangan mereka benar ke kota B, tempat aku dan Risa biasa memadu asmara. Sejenak aku diam menenangkan diri, tiba-tiba kulihat Hpku, aku ada ide coba telp HP Risa, toh ia tidak tahu kalo aku lagi pulang ke kota K.
“Hallo Sayang, lagi ngapain?”
“Eh Ryan, kupikir siapa kok nggak ada nomornya?” jawab Risa santai
“Oh iya aku pakai private number, sori belum kuganti. Lagi dimana nih?”
“Ini Ryan mau ke tempatnya Bu Ani, konsultasi skripsi”
“Emang rumahnya di mana?”
“E.. Di jl. KS..” Kudengar Risa agak gugup, ia menjawab sekenanya. Padahal setahuku Bu Ani itu rumahnya di Jl. RHT.
“Ya udah, ati-ati ya..”
“Ok Ryan Bye, cup ah..” Gila kupikir Si Risa, dia bohongi aku tapi masih juga sempat bersikap mesra.
Dengan jawaban tadi aku yakin betul kalo Risa dan Rico sedang menuju ke tempat wisata di kota B. Terbayang di wajahku pergumulan yang pernah aku lakukan bersama Rico dan Risa, ada gairah, ada cemburu yang membara. Tapi kenapa mereka lakukan ini? Kenapa Risa menghianatiku? Kenapa Rico menyalahgunakan kepercayaanku? Bukankah kuajak dia ikut bergabung pada permainan dulu itu agar tak ada cemburu diantara kita? Kenapa mereka melakukan ini tanpa seijinku bahkan berbohong kepadaku? Sejuta pertanyaan terus melintas di kepalaku.
Aku menyalahkan diriku sendiri kenapa kuajak Rico waktu itu? Ah semuanya sudah telanjur, aku nggak bisa membayangkan lagi apa yang mereka perbuat selama ini ketika aku di luar kota. Dengan dalih skripsi mereka bebas melakukan apa saja.
Di sela-sela kegundahanku tiba-tiba kuingat Findi, pacar Rico. Sedang apa kira-kira dia? Tahukah ia kalo Rico selingkuh dengan Risa. Tiba-tiba ada gairah dalam diriku untuk menikmati tubuh Findi, kubayangkan bodynya, putihnya dan pantatnya yang aduhai. Kulihat Hpku kucoba cari nomornya, ah bersyukur aku ternyata aku masih menyimpan nomornya.
“Hallo Findi?”
“Iya.. Siapa nih?”Suaranya merdu dan manja sekali.
“Ini Ryan..”
“Oh Bang Ryan. Gimana kabarnya Bang?” sapanya sangat lembut dan ramah.
“Baik.. Findi sendiri gimana? Baik juga kan?”
“Iya Bang”
“Lagi dimana nih Fin”
“Di tempat temen Bang, di U”
“Lho nggak pacaran, kan hari sabtu?”
“Aduh Bang, Rico lagi sibuk sekali akhir-akhir ini ngerjain skripsi, jangankan pacaran telp aja aku takut ganggu.. Lho bukannya Rico lagi ke dosen ama Mbak Risa? Abang di K kan? Belum ketemu Mbak Risa?” tanyanya seperti memberondong.
“Oh ya tho.. Belum tuh Riss.. Eh kamu di kota U ya? Aku juga di U nih.. Gimana kalo kita ketemu, itung-itung ngilangin kangen sebagai sesama ditinggal pacar sibuk skripsi.. He.. He..” kucoba sambil bercanda sekaligus menghilangkan rasa cemburuku pada Risa dan Rico.
“Ah Abang bisa aja.. Tapi boleh juga Bang, soalnya temenku juga mau pergi bentar lagi”
“Ya udah kujemput kamu ya..” Setelah Findi memberikan alamat temennya lalu kusuruh sopir taksi meluncur ke alamat tersebut.
“Pagi Fin”
Gila kulihat cantik sekali Findi pagi ini badannya yang dibalut kain ketat serta celana ketat tiga perempat seolah memamerkan semua tonjolan yang ia punya.
“Eh Abang.. Udah dateng kok cepat sekali?”
“Iya nih.. Ternyata posisiku tadi udah dekat.. Yuk” ajakku sambil mengandengnya masuk ke taksi. Terasa harum wangi parfumnya membuat ‘adik’ku menggeliat.
Setelah memasuki taksi, kemudian kami meluncur dengan cepatnya, seakan tahu betul sopir taksi itu mengarahkan ke obyek wisata B.
“Kemana kita Bang?” Tanya Findi melihat taksi ke arah B
“Gimana kalo kita ke B, sambil lihat pemandangan. Di jakarta lihatnya gedung terus sih..”
“Boleh Bang.. Siapa takut.. Asal nggak aneh-aneh aja Abang”
“Aneh-aneh gimana maksudnya?”
“Ya kan dah lama nggak ketemu Mbak Risa.. Aku nanti jadi pelampiasan lagi” katanya sambil mengerling penuh arti.
“Dasar kamu..” kataku sambil kucubit dia.
Di perjalanan kami terus bercanda, cerita kesana-kemari sampe akupun agak lupa kalo tujuanku adalah investigasi Risa dan Rico. Hingga karena taksi dikemudikan sangat cepat maka tanpa diduga sebelumnya posisi taksiku persis di belakang mobil Risa yang dikemudikan Rico.
“Bang itu bukannya mobil Mbak Risa? Yang nyetir Rico kan? Mau kemana mereka? Kok kemari?”
“Itulah yang juga Abang ingin tahu, Abang sejak tadi membuntuti mereka. Trus Abang telp Findi, eh pas di kota U juga, jadi sekalian aja pikirku. Abang juga penasaran kok Fin”
“Pantesan sibuk terus mereka, jangan-jangan”Findi tak meneruskan kata-katanya, matanya berkaca-kaca, ia rebahkan tubuhnya ke dadaku.
“Bang.. Gimana nih Bang?”
“Udahlah Fin.. Gak pa-pa.. Santai aja, toh Findi kan juga sama Abang.. Jadi satu-satu nantinya hehe”
“Ih Abang genit..
“Katanya sambil terus merapatkan ke badanku seakan nggak mau ia lepaskan. Kulihat Findi mulai agak tenang.
Taksi kami terus mengikuti arah mobil Risa, dari belakang kulihat sesekali Risa mencium Rico, kadang sebaliknya Rico yang mencium Risa.
“Ih.. Mereka genit sekali” kata Findi sebel.
“Aku cium Abang juga ah..” Tanpa peduli pada sopir taksi tiba-tiba Findi menciumku.
“Ih nakal kamu” Padahal saat itu adikku betul-betul tegang, aku bergairah melihat apa yang akan diperbuat Risa dan Rico sekaligus bergairah karena Findi terus merapat ke badanku.
Tiba di kota B. Kulihat mobil Risa belok ke arah Hotel KDR, aku hafal betul karena di tempat itu aku dan Risa sering memadu kasih, lalu kuminta sopir taksi untuk terus dulu supaya nggak ketahuan mereka kalo aku dan Findi membuntuti.
“Bang mereka ke Hotel. Mau ngapain mereka? Masak konsultasi di Hotel?” Findi semakin sebel diliputi rasa cemburu, rasa yang sama yang pernah kurasakan dulu (Cemburu Membawa Sensasi).
“Udah Fin, tenang aja nanti kita ikutin mereka”
Setelah beberapa saat taksi kemudian kuminta berputar masuk ke hotel, aku berbincang-bincang sesaat dengan reseptionist yang aku udah lumayan kenal karena langganan lalu aku minta kamar di sebelah Risa dan Rico. Sedangkan sopir taksi kuminta dia pulang setelah kubayar, karena aku berpikir pulangnya bareng sekalian dengan Risa dan Rico.
Jalan menuju ke kamarku melewati depan kamar Risa dan Rico, saat aku lewat terdengar desahan-desahan yang sangat menggairahkan. Kurang ajar batinku ternyata mereka udah nggak mampu menahan lagi, tapi di sisi lain desahan-desahan itu justru membuatku terasa bergairah.
Begitu masuk kedalam kamar aku dan Findi segera mencari lubang yang dapat kami gunakan untuk mengintip aktivitas Risa dan Rico, tanpa menemui kesulitan kami menemukan lubang yang mampu melihat aktivitas mereka secara jelas namun tak mungkin mereka lihat karena tempatnya sangat tersembunyi.
“Oh Ris.. Aku kangen sekali ama tetekmu” ujar Rico sambil memegang dada Risa yang masih terbungkus kain lengkap.
“Ohh.. Ohh.. Aku juga Ric, aku kangen ama batangmu yang tegak itu” desah Risa sambil terus mereka berciuman bibir.
Kulihat Findi begitu dongkol melihat kelakuan mereka, namun sisi laen aku juga lihat kalo Findi wajahnya merah, kuduga selain menahan amarah ia juga menahan gairah melihat aktivitas Rico dan Risa. Perlahan kuraba paha Findi yang masih terus mengintip aktivitas Rico dan Risa.
“Ohh.. Oh..” Lenguhnya tanpa menggeser posisi mengintipnya.
Sementara di seberang kamar kulihat Rico telah berhasil melucuti pakaian atas Risa hingga yang tertinggal di atas hanyalah BH Risa.
“Ohh.. Ric.. Lidahmu nakal sekali”
“Tapi kamu suka kan?”
“He eh.. Ehm.. Oh.. Terusin nakalmu Ric, lepaskan BH ku” Risa semakin bernafsu.
Aku hafal betul kalau Risa paling tidak tahan jika teteknya di pegang. Dalam sekejap BH Risa sudah terlepas dari tempatnya, kini yang nampak adalah dua buah gunung kembar yang menjulang dengan puting yang sudah mengeras. Rico dengan lahap menjilati puting tersebut.
“Ohh.. Enak sekali Ric.. Kok bisa ya sekecil ini di jilat rasanya sampe ke ubun-ubun.. Oh” lenguh Risa dengan manja menahan gairah. Sementara aku sendiri terus bergerilya di paha Findi..
“Ough.. Ohh.. Enak Bang”
“Lepasin celanamu ya..” Pintaku dengan berbisik
“Ho.. Oh” Kulepas celananya yang tiga perempat, sengaja kusisakan CD-nya biar ada sensasi tersendiri.
“Uhh.. Bang” rintihnya ketika tanganku mengucap vegynya yang masih tertutup CD, namun nampak jelas rambut-rambutnya yang hitam kecoklatan.
“Ohh.. Ouhh.. Ohh.. Kamu pintar sekali Bang” desahannya makin keras tatkala kuraba bibir vegynya yang sudah basah.
Di seberang kamar kulihat Risa dan Rico sudah tak berpakaian lagi alias telanjang bulat. Risa kulihat sedang mengoral penis Rico.
“Ohh.. Ris enak.. Sekali.. Oh” Rico meracau.
“Enak mana ama kuluman Findi Ric?” Tanya Risa sambil terus mengoral.
“Enakan oralmu Ris”.
Mendengar ucapan Rico, Findi menjadi jengkel. Seolah ia akan membuktikan ucapan Rico, kemudian ia segera melucuti celanaku. Terpampanglah penisku yang sudah tegak mengacung. Tanpa banyak basa basi ia langsung kulum penisku.
“Oh.. Ohh..” Bibir tipis Findi ternyata lihai juga mengoral penisku, memang kuakui bibir tebal Risa lebih mantap untuk mengulum penis, namun demi menyenangkan hati Findi aku tetap memuji dia.
“Auh.. Ogh, enak.. Fin.. Bohong kalo Rico bilang enakan kuluman Risa.. Ohh..” Seakan makin bersemangat Findi terus mengocok penisku dengan cepat.
“Oh.. Fin enak sekali.. Aku nggak tahan Fin..” sambil terus Findi mengulum penisku, tanganku menyelusup ke dada Findi, kutemukan dua gunung yang memang nggak sebesar punya Risa.
“Ohh.. Bang.. Aku bergairah sekali.. Bang.. Oh..”
Kulihat di kamar sebelah Risa dan Rico sudah tidur berpelukan, terdengar dengkuran halus Risa yang sangat kukenal. Karena aku dan Findi terlalu asyik bermain sehingga tidak sempat melihat sampai klimaks Rico dan Risa dalam mendaki kenikmatan.
“Bang masukin punyamu Bang.. Ohh.. Aku nggak tahan lagi” perlahan kumasukin penisku di vagy Findi.
“Pelan-pelan Bang.. Oh.. Nikmat.. Ohh”
“Ohh.. Ough..”
“Ouhh.. Ough.. Oghh.. Ohh” Kami terus berpacu mengjar nafsu yang semakin membara seolah lupa kalo di sebelah ada pasangan kita masing-masing.
“Ohh.. Bang aku hampir sampe”
“He eh.. Abang juga.. Dikeluarin dimana?”
“Di luar aja Bang aku lagi subur.. Oh”
“Ya udah Findi keluarin dulu..”
“Oh.. Bang.. Oh.. Ohh” Rintihan panjang Findi mengakhiri klimaksnya.
Ia semburkan lahar basahnya ke penisku, sementara penisku segera kutarik dan kukgoyang-goyangkan dengan keras di atas perut Findi.
“Ohh.. Ohh” cret cret spermaku keluar dengan derasnya di perut Findi.
Kami kemudian berpelukan sangat erat. Sementara itu di kamar sebelah Rico dan Risa masih tertidur, demikian pula dengan Findi, ia tertidur mungkin karena kecapekan. Sedangkan aku sendiri tak bisa tidur. Sambil menghisap rokok aku berpikir keras untuk menggali ide agar dapat menyelesaikan konflik perselingkuhan ini dengan happy ending dengan tanpa amarah bahkan kalo bisa dengan gairah, karena bagaimanapun awalnya aku yang salah dan aku memang sangat mencintai Risa, tapi vegy Findi pun juga lezat rasanya.


Tuesday, May 15, 2018

Cerita Seks – Ternyata Istriku Suka Selingkuh





Cerita Seks - Kadang, aku hanya berpikir untuk menceraikannya, Tapi tidak, aku mencintainya, aku tak bisa kehilangannya. Aku harus mengakui, aku juga sering jajanan di luar tanpa sepengetahuan istriKu. Tapi bagaimana ini. Aku mau istriku berkata jujur padaKu tapi apa mungkin.
Suatu saat weekend aku berbicara dengan Winda, aku bertanya”Sayang, kanapa sih, koq kamu mau menikah denganKu..?”.”Ah Mas gimana sih, yah saya sangat mencintai Mas…”. Aku tersenyum dan membelai rambutnya yang hitam terurai. Aku menatap istriku, cantik sekali dia.
Lalu aku berkata, “eh kamu kenal sama si Gatot kan”. Lalu Winday berkata “iyah, kenal teman sekantor kamu yang ganteng itu kan…”.
“iyah, benar, dia itu sering nanyain kamu loh, dia itu tergila gila sama kamu..” kataKu.
“Masa sih mas…” kata Winda bersemangat.
“Iyah, benar” kataKu. Winda diam.
“Eh mau gak, kalo misalnya kamu selingkuh dengan dia….
“kataKu tiba tiba, yang aku sendiri tak berpikir seperti itu.
Aku sendiri tak sadar, mengapa mulutku sampai keluar kata-kata itu.
“Ahh.. Mas gila yah ,.. masak istri sendiri di suruh selingkuh sama teman sendiri..”,katanya marah.
Dalam hati aku berkata”dasar munafik….”. Tanpa aku sadari membicarakan ini malah membuatKu birahi.
Aku mencari cara, aku memaikan kata kata. Aku berkata, “Winda, aku kan suruh kamu main dengan nya, bukan menikahinya, kalau aku suruh kamu menikah itu namanya selingkuh, kan cuma begituan doang sih…”.
Dia menatapku, lalu berkata, “jadi, kalau aku main sama lelaki lain, itu bukan selingkuh, Mas gak marah…?”
Arah pembicaraan makin mendekat ke sasaran. Aku berkata, “selama aku tahu ,kamu main sama siapa, dan aku bisa melihatnya, ok ok saja buatKu..”.
“ha.. Yang bener Mas, Mas gak marah…?”, tanyanya makin penasaran.
“engak, kalo marah buat apa aku tawari kamu main sama Gatot…”, kataKu.
“tapi, tapi… Mas…”, kata Winda.
aku berkata “tapi..apa…sayang…..”.
“Tapi mana mungkin cowok selingkuhanKu mau di liatin sama Mas, kalo lagi main sama aku….”, Katanya. Ha, kena loh, tanpa sadar dia mengakui punya cowok selingkuhan.
Aku berkata, “Mau, asal kamu bilang siapa nama cowok selingkuhan kamu..”. Langsung muka Winda merah padam,
“eh.. Aku… aku tak punya cowok selingkuhan…”. Aku tak mau membuatnya tak enak suasana hatinya.
Aku langsung merubah arah pembicaraan, “Nah, kalau Gatot itu mau, gimana ” kataKu. Winda Diam, “Ohhh…”, katanya kemudian.
Aku berkata lagi, “Nah jadi mau gak main sama Gatot…?”.”Ah.. egak..Mas gila yah…”, katanya.
Kesabaranku habis, lalu aku berkata, “masa sih kamu cuma mau main sama Pak Ganda…”.
“Mas.. Apa apa menuduhku sama Pak Ganda…” katanya tak mengakui.
Aku menceritakan semuanya. Winda menunduk dan menangis.
“Mas, baiklah aku salah, aku siap kamu cerai Kan…”.
Aku mencium keningnya, “Sayang, mana mungkin aku menceraikan kamu, kamu tahu aku sangat mencintaimu, aku tak bisa hidup tanpamu…” kataKu.
Winda tetap menunduk dan menangis, entah apa yang dipikirnya. Aku berkata lagi, “Aku kan sudah bilang, kamu kan cuma main sama Pak Ganda, tapi kau tak cintainya Kan, Kamu tetap cinta sama saya kan sayang…?”. Winda menjawab terbata-bata, “Iya, Mas saya masih tetap mencintai Mas…”.
Aku mencium keningnya lagi, “maaf sayang, aku telah membuatMu menangis..”. Lalu aku menceritakan semuanya.
“Mas, jadi Mas malah nafsu, melihat saya di main sama Pak Ganda…?”, katanya.
“Iya, benar aku tak bohong, itu sebabnya aku mau melihat kamu main sama Gatot, tapi kalau kamu tak mau, yah sama siapa deh yang kamu suka…”, kataKu lagi.
Pembicaraan kita makin terbuka, Winda mulai berani berkata blak-blakan.
“Bener yah Mas, tidak marah, tidak cemburu dan tidak menceraikan saya…janji..”, katanya.
Aku bilang janji.
Lalu Winda Mengatakan, “gimana sama Pak Ganda lagi…”.”T api dia tak akan mau kalau aku tontonin”, kataKu. Winda berkata dengan genitnya, “Mas ngitip aja…”. Setelah berpikir untung rugi, aku setuju, lagian ini kan pertama kali dia selingkuh dengan izin suaminya, jadi biarlah dia yang lead the game, pikirKu.
Pas ini week end. Aku lalu menyewa villa. Aku cari yang kamarnya dua. Dan aku mendapatkannya. Karena Villa itu Villa tua dinding terbuat dari kayu. Sudah banyak yang berlubang. Jadi dari kamar sebelah aku bisa melihat jelas seluruh kamar yang akan di pakai Winda.
Aku mengatur, Supaya Winda mengudangnya datang ke Villa. Dan dasar Pak Ganda juga mupeng, walaupun sedang beristirahat, sama anak dan istrinya mau juga datang. Akhirnya mobil pak ganda tiba, dan dia langsung masuk ke Villa itu.
“Sayang, maaf yah aku tak bisa lama lama, istriku menunggu.. tapi aku akan membuat kamu puas deh..” katanya.
Winda pun berkata, “iyah, Mas aku juga, paling 2 jam lagi Mas Joko balik, dari kolam pemancingan.. jadi kita cepat saja yah..”.
Lalu mereka masuk ke kamar. Aku menanti dengan deg.. deg..kan.
Pak Ganda segera melepas seluruh pakaian, tinggal kolor hitannya. Aku bisa melihat di balik kolornya sudah menyembul penisnya yang ngaceng itu. Aku terus memperhatikannya, Lalu Dia menghapiri istriKu dan menjilati leher istriKu. Istriku mendesah desah. Lalu Pak ganda mulai membuka baju atasanNya. lalu Branya. Dan mulai menjilati teteknya.
Winda mengelijing. Aku melihatnya dengan menahan nafsuKu. Winda mendesah desah, tak peduli padahal dia tahu suaminya sedang mengintip. Pak Ganda dengan lahapnya terus menjilati buah dada ranum istriKu.
Pentilnya juga di sedot-sedot. Winda makin mengelijing. Aku bisa jelas melihat putting istriku makin mengacung, yang menandakan dia horny berat, dan aku yakin vaginanya sudah banjir.
Lalu aku melihat, tangan Pak Ganda mulai menyusup masuk ke rok mini istriKu. Winda mengelijing, “Ahhhhsss.Mas, ahhh Winday jadi gatel nih”. Pak Ganda melepas rok mininya. Lalu jarinya kembali ,bermain di selangkangannya.
Aku benar benar penasaran. kontolku ngaceng sekali. Aku mengambil HP Ku. Lalu aku SMS dia. Aku suruh dia ke kamar sebelah sebentar.
Setelah Winda membaca SMS ku, lalu dia berkata, “Maaf, mas aku ke WC dulu, perutku tiba tiba sakit..”. Tanpa banyak berkata istriku, meninggalkan Pak Ganda sebentar. Winda masuk ke kamar. Aku langsung melumat bibirnya. Aku Nafsu sekali. Lalu menyelipkan tanganKu ke celana dalamnya. Aku meraba vaginanya, Wah vaginanya benar-benar basah.
Aku lalu menyuruhnya kembali ke kamar sebelah. Karena aku melihat Pak Ganda mulai gelisah. Dan Begitu melihat Winda kembali langsung dia memeluknya lagi.
“Sayang isepin kontolKu dong..” katanya. Pak Ganda melepas kolornya, dan berbaring di ranjang. Lalu Istriku memegang penisnya dengan nafsu. Lalu mengulumnya. Kepala Winda kemudian ,mulai naik turun.
Pak Ganda, mendesah keenakan. Dan IstriKu terlihat begitu nafsu menyedot penis hitam dan besar milik Pak Ganda. Aku melihatnya dengan penisKu yang mengaceng tegang. Lama aku melihatnya, sampai Pak Ganda berkata, “Ahh.. Aku sudah gak tahan…”. Lalu Dia merebahKan IstriKu, melepas celana dalamnya.
“Mas, jilatin dulu dong, itil Winda, gatel nih…”, Kata Winda.
Pak Ganda tersenyum, ”Oh mau yah”, Pak Ganda mulai menjilati vagina istriKu. Dan IstriKu mengeliat geliat ke enakan.
“Ohhh terus Mas terus gatel banget nih itilnya terus…”. Dan Pak Ganda, makin Asik terlihat menjilati vagina istriKu.
Aku menurunkan resleting celanaKu, dan membiarkan penisku mengantung bebas.Sambil perlahan aku memegang batang penisku sendiri.
Winda makin mendesah desah, “Ahhh.. terus terus, aku hampir keluar nih…”. Pak Ganda masih menjilatinya. Dan, “Ahhh aku keluar…..”. Istriku mengelepar. dan kejang. Pak Ganda yang sudah tak tahan, langsung memasukan penisnya.
“Auww, pelan pelan Mas..”, kata Winda.
Dan Pak Ganda mengoyang. Membuat IstriKu menjerit jerit mengila.
“Aww ohh ngilu ohh”.
Pak Ganda terus mengoyangnya. Aku melihat dari belakang buah zakarnya bergoyang-goyang. Terus mengoyang IstriKu. Dan IstriKu tampak mengelijing, dan mengeram.
“Ahh, Mas terus, terus…mas…”, Kata istriku tak malu malu.
Kira kira 10 menit lamanya, vagina istriKu diblender penis besar pak Ganda ,dan,
“OHHH….. Aku keluar..Winda….”. Tampak pak Ganda, membenamkan penisnya dalam-dalam, di liang istriku. Perlahan Pak Ganda mencabut penisnya. Terlihat lelehan spermanya keluar dari lobang vagina istriku.
“Mas, sudah mas pergi, nanti suami ku kembali loh, “kata istriku. Lalu pak Ganda segera, berpakaian, Dia segera pergi. Sedangkan aku segera ke kamar istriKu Istriku masih terbaring lemas di ranjang.
Aku menatap vaginanya yang membengkak, dan di penuhi sperma pak Ganda.
“Wahh, Kamu puas gak sayang…”, kataKu. Winda tak menjawab, tapi tersenyum.
Aku membuka celanaKu, dan penisKu yang ngaceng itu, aku sodorkan di mulutnya.
“Sayang, sedotin yang enak yah, kaya tadi kamu nyedotin kontol pak Ganda…”. IstriKu tersenyum, lalu menyedot penisKu.
Dia menyedotnya nafsu sekali. Nah ini baru istriku, kataKu dalam hati. Istriku terus menyedot penisKu. Ini luar biasa, baru kali ini, istriku meyedot penisku dengan begitu nafsu.
PenisKu dikocok, dijilat dan disedot. Nafsu birahi yang aku tahan dari tadi Akhirnya terlepas. Aku keluar, spermaku muncrat membasahi mulutnya. Rasa nikmat ini luar biasa…
“Sayang, aku nikmat sekali…”, kataKu sambil mencium keningnya.
Setelah beberapa saat, penisKu kembali bangun. Aku berkata, “Sayang, mas mau entot kamu boleh gak ?”
“Ah Mas, setiap saat, kapan mau mau”, kata istriku.
Istriku bangkit, “Mas saya cuci dulu yah”.
Aku menarik tangannya, tak usah sayang, aku mulai memasukan penisKu. Tanpa merasa jijik oleh sperma pak Ganda yang masih belepotan di vagina istriKu.. Winda mendesah”Ahh, Iya h… terus, aku enak, Mas… terus…”.
Aku terus mengoyangnya. Dan Winda terus mendesah desah,
“Ahhh teruss enak…enak…”, katanya.
Aku terus mengoyangnya. kira kira 5 manit, Winda mengejang, “Mas, aku kelurrr…”. Tubuhnya kejang, dan mengelijing…. Wah baru kali ini Dia mencapai orgasme dengan cepat, ketika aku bercinta dengannya
Aku bertahan, diam sesaat, membirakan istriku menikmati orgasmenya, lalu kembali mengoyangnya. Dengan ritme yang lembut, dan perlahan ritme itu aku naikkan. Aku memcoba bertahan, aku ingin dia orgasme kembali.
Setiap kali aku sudah mendekati puncakku, aku diam sebentar, dan bergerak lagi, sampai kembali Winda mencapai titik puncaknya. Kembali Winda mengejang. Dan aku pun juga menyemburkan benihKu dalam lobangnya.
Winda memelukKu.. “Mas, tadi itu aku nikmat sekali…” Katanya.
Aku tersenyum, aku tahu kataKu dalam hati.
“Mas, benarkan mas tak akan menceraikan Ku”. katanya. Aku tersenyum saja. Winda menatapku, ada keraguan di hatinya.
“Mas, kalau mas mau menceraikan saya, saya rela”, katanya.
Aku mencium keningnya.
“Sayang, kamu itu wanita yang perfect buatku, aku sangat mencintaimu, we will be together forever and ever, till death do us part”.
Aku tertidur pulas, tak ada rasa cemburu, tak ada rasa amarah. Yang ada hanya rasa puas.
Hari hari, selanjutnya Istriku malah jujur samaKu. Dia berjanji tak mau lagi main sama cowok lain tanpaKu. Jika hasrat, sexnya meninggi dan lagi sangat mood, dia memintaKu ,untuk main seperti itu.
“Sayang, masa sih, Ganda terus, memang engak ada cowok lain.. Aku aja bosen, masa kamu engak bosen sih… coba kontoll lain dong…”, kataKu.
Winda berkata, “engak ada mas, benar, selingkuhan ku cuma Ganda…”
Aku diam. Lalu istriKu berkata, “Ayo dong Mas, atur supaya aku bisa main sama Ganda, lalu nanti baru kita ngentot, lagi pengen nih..”.
“Gimana kalau dengan Si Gatot..”, kataKu.
“Aku kan ngak gitu kenal, Mas engak enak…”, katanya ragu.
“Iyah, tapi kan bisa aja kenalan dulu.. emang kamu tak suka.”, kataKu lagi.
“Bukannya tak suka, aku sih suka, tapi nanti dianya yang gak suka sama aku…”.
“Aku kan pernah bilang Gatot itu tergila gila padamu..”. IstriKu diam.
“Gimana aku atur yah, main bertiga sama Gatot,… kaya di bokep gitu…”.
“Ihh… Mas..ah… terserah mas deh…”, kata istrikKu lagi.
Akhirnya aku menelpon Gatot temanKu, aku atur. Aku suruh dia Booking hotel dan langsung menunggu di Kamar. Gatot sudah Ok. Lalu aku menyuruh IstriKu berpakaian sesexy mungkin. IstriKu memakai baju terusan. Baju itu pendek. 10 cm di atas lututnya. Aku yang melihatnya saja nafsu.
Sesampainya, Gatot langsung menyalami istriKu.
“Wah sexy sekali kamu Winda”, katanya.
Aku lalu berbisik, “tuh, kan kamu tak percaya…”.
Lalu aku berkata, “Gatot kamu cumbui dulu Winda yah, yang mesra..”, kataKu. Lalu Gatot membawa Winda duduk di ranjang. Winda Agak canggung, mungkin baru kenal Gatot. Lalu Gatot segera, membelai belai rambutnya, “rambut halus sekali…”. Dan Gatot melumat bibirnya. Istriku pun tak menolak dan membalasnya.
Mereka saling berciuman. Tangan Gatot perlahan mulai bergerilya meraba buah dadanya. Winda, mendesah pelan, “Asshhh… ahhh……”. Sherly tidak memakai BH. Aku sengaja memang. Tadi aku melepas BHnya di mobil.
Karena Gatot merasa Winda tak memakai BH maka Gatot tampak semakin nafsu. Dan dia meraba raba bukit kembar istriKu dengan nafsu. Dan Winda pun makin mendesah, ”asshh….ahhh….ahh….”.
Sambil bibir mereka tetap menempel, tangan Gatot menyusup masuk ke baju Istriku. Winda pun mengelijing, “ahhhss….ahhh….ahh…..”. Aku makin konak, penisku rasanya mau mencuat keluar.
Winda tampaknya sudah bisa menerima Gatot. Lalu perlahan Gatot melepas pakaiannya. Lalu mulai melumat buah dada istriku penuh nafsu.
Winda mengelijing dan mendesah kenikmatan, “ahhhh….ashh….hh…. Ahhh… Mas Gatot.. Aku nafsu nih jadinya…”.
Gatot menyedot nyedot pentilnya. Pentil istriKu tampak keras dan tegang. Aku lalu mendekat dan duduk di sebelah istriKu.
Aku membuka lebar kakinya. Aku raba selangkangan celana dalamnya. Celana dalamnya mulai basah. Aku tak mau keduluan Gatot. Aku membuka celana dalam istriKu. Aku jilati itilnya. Winda menjerit kenikmatan, “AHHH. Mas Enak, itilnya dong aduh Gatell…”. Tangannya memegang kepalaKu dan di tekan ke vaginanya. Sedang Gatot terus memainkan buah dadanya.
Aku terus memainkan klitorisnya dengan lidahKu. Lobang vaginanya aku sodok dengan jariKu. Berlendir sekali. dan sebentar saja istriKu mengejang, “Mas… aku tak kuat, ahh udah gatel banget”. Dia mencapai orgasme dengan dasyat.
Aku melepaskannya. Juga Gatot. IstriKu tergeletak ngos-ngosan.
“Gatot, gantian jilati memeknya”, kataKu.
Lidah gatot langsung bermain di memeknya. Winda mengelijing kembali.
“Ahhh… udah, ngilu Mas.. Ahh…entot aja entottt.. Aku….”, pintanya.
Tapi Gatot terus menjilatnya. Tak peduli istriku meronta. Gatot menahan paha istriku ,dan terus membiarkan lidahnya menari di klitoris istriku, sampai istriku kembali kejang lagi. Dia orgasme lagi.
Lalu Gatot membuka pakaiannya, penisnya ternyata lumayan besar. Gatot mengarahkan penisnya ke mulut istriku. Winda langsung melahap kontol itu, dengan nasfu sekali. Menyedotnya. Tapi itu tak lama, rasanya Gatot sudah tak sabar, ingin mencicip vagina istriKu.
Lalu perlahan penisnya di tekan masuk liang sagama istriKu.
“Ahh ,pelan pelan mas ”, desah istriKu. Dan Gatot pun mulai goyang. IstriKu mulai mendesah desah dalam kenikmatannya.
Aku membelai-belai rambut istriku. Mencium bibirnya nafsu.”Enak tidak sayang kontol Gatot…” kataKu.
“Enak, ahh…ahh… enak… kontol mas Gatot enak…”, Katanya. Kata katanya menbuat Gatot makin nafsu. Gatot lalu me*******nya makin cepat, dan menekan makin dalam.
“Ahhh.. gila… terus….. Aku gatel aku gatel banget mas.”.
Aku membuka celanaKu. Aku sodorkan penisku ke mulut istriku. Dan Winda mengemot penisKu nafsu sekali. Yah baru kali ini Sherly mendapat pengalaman ini, saat dia main dengan cowok lain, dan mulutnya mengulum penis suaminya. Seperti di film bokep.
Gatot terus mengocok penisnya dalam lobang vagina Winda. Dan istriku pun makin nafsu mengemot penisKu.
Kemudian Winda meleguh, “Auuuwwa, Maas aku keluarrr…” Tubuhnya kejet kejet. Dan melepas penisku dari mulutnya. Aku mengocok penis yang sedang tanggung Ku dan Sroottt.. spermaKu memuncrat keluar. Dan Gatot mempercepat irama gerakan penisnya. Istriku mengeliat seperti penari ular.
“ahhh…ohh…..”, lalu Gatot menembakan spermanya dalam lobang vagina istriku.
Kami bertiga sama sama lelah. Kami beristirahat, sambil makan. Sambil bercanda dan berbincang bincang. Istriku, sudah bisa menerima Gatot. Dan dari cara bercandanya pun tak jauh dari hal-hal porno.
Kami mulai menjadi horny kembali. Gatot yang sudah mulai horny. Sambil duduk di sofa dia memperlihatkan penis besarnya mengacung. IstriKu menatapKu, seperti minta izin sama aku. Aku berkata, “Sedot deh…”
Istriku menungging dan mengemot penis Gatot yang duduk di sofa.
Melihatnya penisku juga ikut ngaceng. Pantat istriKu yang menunging indah sekali aku menghapirinya, aku melebarkan kakinya, aku meraba vaginanya yang basah. Dengan menunduk aku membelah pantanya, menjilati klitorisnyanya. IstriKu mengelijing dan melepaskan penis Gatot dari mulutnya
“Oahhh…ahhhhh…”
Gatot bertata”kenapa sayang…”.
“oh…Ashshh… itilku jadi gatel.. di jilati suami Ku… ohh Masss…”, desah istriku dengan genit.
Aku terus menjilati klitorislnya. Dan Winda mengelijing dan terus mengemot penis Gatot. Aku terus menjilati klitorisnya yang semakin membesar karena nafsu.
Winda tetap asik mengemot dan menjilati penis Gatot. Lalu aku mulai mengesek kepala penisKu ke belahan istriku dari belakang istriku. Dia mengelijing, “Ahhh..ahhh masukin aja mas masukin aja…”.
Aku tekan penisKu dalam posisi istriku menunging. Terasa sekali vaginanya menjepit erat penisKu.
Aku terus mengoyangnya, dan Winda menggelijing dan mendesah desah…
”Ahhh, Mas.. terus.. tekan….”, dan aku terus mengoyangnya dengan nafsu. Kira-kira 10 menit, Winda mengejang, “Ahhh, Mas aku keluar….”, tubuhnya kejang.
Aku semakin nafsu, ada kebanggan tersendiri buatku, dapat membuat istriku orgasme. Aku terus menggoyangnya, sampai aku juga keluar. Dan Gatot pun keluar. Kita sama-sama puas hari itu.
Aku suka sekali, banyak yang bilang aku gila, tapi tak peduli, yang penting aku menikmatinya. Sekarang, aku dan Istriku makin terobsesi, untuk bermain dengan cara ini.